Lihat ke Halaman Asli

Aji NajiullahThaib

Pekerja Seni

Puisi | Lelaki dan Retorika Hujan

Diperbarui: 10 November 2021   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Pixabay.com

LELAKI DAN RETORIKA HUJAN

Setelah air tak lagi diajak berdiskusi, maka curah hujan dipersalahkan, meskipun berbagai doa dipanjatkan hujan tetap datang meski tak diundang

Curah hujan yang begitu tinggi menjadikan antrian air terhambat masuk ke bumi, kali ini lagi-lagi intensitas air dipersalahkan, ketika buku petunjuk banjir tidak menjadi hapalan

Baru saja mendownload buku petunjuk banjir, curah hujan mengalir deras tanpa bisa dianulir, hujan sunnatullah yang akan berhenti sesuai kehendaknya

Manusia tidak berkuasa untuk menghentikannya, tapi diberikan akal untuk mengatasi akibatnya, tenunan kata-kata tidak akan menghasilkan apa-apa tanpa aksi nyata

Ribuan retorika tentang hujan berhamburan, hanya menjadi pemanis bagi yang mendengarkannya, tidak akan pernah bisa menghentikan hujan, pun juga akibat besarnya curah hujan

Genangan air tidak ingin disebut banjir, itu hanya antrian air yang terlambat masuk ke bumi, dan berbagai ucapan lain yang menepis sebutan banjir, seakan banjir adalah aib yang menampar muka penguasa.

Jakarta, Nopember 2021
Ajinatha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline