Lihat ke Halaman Asli

Aji NajiullahThaib

Pekerja Seni

Tayangan Televisi, Panjat Sosial dan KPI

Diperbarui: 20 Juni 2021   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Merdeka.com

Selayaknya apa yang disajikan stasiun televisi itu, selain menghibur, juga mengedukasi bukan semata hal-hal yang mengandung sensasi.

Betapa memuakkan ketika stasiun televisi menyajikan sosok public figure, yang cuma Panjat sosial dengan berbagai sensasinya, bahkan tanpa prestasi, dibiarkan dinikmati masyarakat semua perilakunya yang buruk, apa yang menjadi target stasiun TV dengan acara seperti itu?

Apa menariknya seorang public pigure yang terus mencari masalah dengan artis ternama, sekadar untuk mendongkrak populeritasnya, tanpa memberikan manfaat apa-apa, boro-boro mengedukasi malah jadi bau terasi.

Apa tidak ada cara lain untuk menaikkan rating program demi kue iklan? Kerahkan dong Tim kreatifny untuk berpikir lebih kreatif, daripada cuma menangguk sensasi murahan yang tidak ada manfaatnya.

Kenapa tidak mengundang artis lawas yang kaya dengan pengalaman yang bisa menginspirasi banyak orang, ketimbang public pigure murahan yang haus sensasi dan populeritas, tanpa memberikan sesuatu yang berarti.

Menyajikan konflik murahan antar artis itu bukanlah sesuatu yang mengedukasi, jangan cuma mengejar sensasinya kalau berdampak buruk bagi masyarakat yang menikmati tayangannya.

Penulis tidak melihat adanya peranan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dalam hadirnya tayangan murahan seperti itu, harusnya pisau KPI tajam kepada semua program tayangan televisi, terlebih sejenis infotainment, karena tayangan seperti ini sangat dikonsumsi masyarakat.

Tayangan infotainment yang menyajikan perseteruan artis sangat marak sekarang ini, bahkan artis yang kawin cerai pun menjadi santapan hangat infotainment. Dimana sisi edukasinya dari tayangan seperti ini? Apakah KPI tidak "aware" dengan sajian seperti itu?

Penulis sangat merasakan tajamnya pisau KPI saat masih aktif di dunia Sinetron Indonesia, saking tajamnya sampai merusak kreativitas, karena bingung mengeksekusinya, dan tidak nyaman dalam proses pengerjaannya.

Gaduhnya tayangan televisi dengan perseteruan antar public pigure, susah sangat meresahkan. Tayangan yang begitu murahan dan nir-edukasi begitu dibanggakan stasiun televisi, tidak memikirkan dampaknya terhadap masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline