Lihat ke Halaman Asli

Aji NajiullahThaib

Pekerja Seni

Biar Tidak Dianggap Durhaka, Anies Cukup Jadi Wapres Saja

Diperbarui: 19 September 2022   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. (Dok detikcom).

Sangat mungkin Prabowo Subianto akan kembali mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu Presiden tahun 2024, tidak bisa dipungkiri, secara elektabilitas dan tingkat kepercayaan publik, Prabowo berada pada posisi tertinggi dibandingkan kandidat Presiden lainnya.

Berdasarkan hasil survey Indobarometer, Prabowo memiliki tingkat elektabilitas tertinggi, dibawah Prabowo, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Tapi apa iya Anies mau menjadi rival Prabowo? Apa Anies mau dicap sebagai "anak durhaka" seperti halnya Jokowi, karena Anies bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta, karena difasilitasi Prabowo dan Gerindra.

Seperti riwayatnya Jokowi, ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, tidak terlepas dari adanya peranan Prabowo dalam ikut mengusungnya. Namun siapa yang bisa menduga, kalau pada akhirnya Jokowi harus bersaing dengan Prabowo, dalam dua kali pemilihan Presiden, dan dua kali pula Prabowo dikalahkan Jokowi.

Kalau Anies benar-benar mencalonkan diri sebagai Presiden, maka sejarah Jokowi akan terulang, Anies akan dianggap sebagai anak durhaka, yang berani menantang Prabowo di Pilpres, dan akan menyakitkan bagi Prabowo, kalau pada akhirnya Prabowo dikalahkan Anies pada pemilihan Presiden.

Kita tidak pernah bisa menduga seperti apa takdir manusia, tidak ada yang bisa halangi kalau Tuhan sudah berkehendak, karena secara potensi elektabilitas, Anies sangat diperhitungkan. Tapi sebetulnya posisi yang lebih memungkinkan bagi Anies adalah, sebagai Wapres Prabowo, dengan demikian dia bisa memperkuat dukungan terhadap Prabowo, dan tidak akan dicap Anak Durhaka nantinya.

Kans Prabowo memenangi Pilpres 2024 sangat besar, apa lagi kawan koalisi Gerindra nantinya adalah partai nasionalis, bukan lagi kelompok pengusung politik identitas. Prabowo memang harus belajar banyak dari dua kekalahannya di Pilpres 2014 dan 2019, yang mana didua Pilpres tersebut Prabowo sangat kental dengan politik identitas, yang cenderungn memecah belah bangsa.

Lima tahun menjadi menteri pertahanan Jokowi, akan memberikan dampak positif bagi citra Prabowo sebagai sosok pemimpin, apa lagi Prabowo menuai prestasi sebagai Menteri Jokowi yang berkinerja paling baik. Citra ini menjadi modal yang bagus bagi Prabowo, dan pengalamannya sebagai Menhan, memberikan pengetahuan bagaimana mengelola sebuah pemerintahan.

Secara performa saat ini, penampilan Prabowo sangat menuai simpati, sangat berbeda 'auranya' dibanding saat menjadi Capres, aura negatif yang melekat dalam sosok dirinya, terpancar dari berbagai narasi-narasi yang dikeluarkan koalisi pendukungnya saat itu, untunglah Prabowo cepat menyadari kekeliruannya selama dua Pilpres tersebut.

Kenapa sebaiknya Anies cukup menjadi Wapres?

Pertama, agar tidak berbenturan dengan Prabowo, yang pada akhirnya dia pun akan dianggap sebagai anak yang tidak tahu diri, juga sebagai anak durhaka, karena berani melawan orang tua yang sudah bersusah payah memperjuangkannya agar bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Kedua, ketika dia maju sebagai Calon Presiden, statusnya sebagai Gubernur DKI sudah selesai, dan ini akan sangat memengaruhi elektabilitasnya. Anies bisa popular karena menjadi Gubernur DKI, sementara 2022 mass jabatannya sebagai Gubernur DKI berakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline