Lihat ke Halaman Asli

Aji NajiullahThaib

Pekerja Seni

Menjadi Bodoh Mendengar Pernyataan Pejabat Publik

Diperbarui: 21 Februari 2020   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi etika | Sumber Foto:istimewa

Fenomena apa ini? Seketika kita terasa menjadi bodoh, setelah mendengar berbagai pernyataan Pejabat publik akhir-akhir ini.

Sementara mereka mengeluarkan berbagai pernyataan tersebut, beranggapan sebagian besar masyarakat kita memang masih bodoh, dan mudah untuk dibodohi dengan pernyataan mereka yang tidak masuk akal.

Contohnya, seorang pejabat publik dengan entengnya bilang, Harun Masiku dan Nurhadi susah untuk dilacak, karena mereka tidak menggunakan hape, juga tidak memakai media sosial.

Kenapa tiba-tiba begitu mudah pelaku kejahataan menghindar dari penangkapan, hanya karena alasan tidak menggunakan hape dan media sosial? Apakah ini nantinya akan dijadikan modus, pagi pelaku kejahataan yang sama, untuk menghindar dari penangkapan?

Padahal biasanya, tidak ada pelaku kejahataan yang tidak bisa ditangkap, bahkan yang baru merencanakan untuk melakukan teror saja dengan mudah bisa ditangkap.

Betapa istimewanya Harun Masiku dan Nurhadi di negara ini, sehingga semua aparat yang berwenang seakan-akan menjadi gagu tak berdaya, hilang semua kesaktiannya karena tidak mampu menangkap mereka berdua.

Alasan yang tidak masuk akal tersebut, seakan-akan sengaja untuk membodohi masyarakat, yang memang dipandang masih bodoh oleh mereka. Seperti itukah praktik penyelenggaraan negara?

Contoh lainnya, kesalahan serius dalam merancang undang-undang, juga aturan, yang cuma dibilang salah ketik. Dan alasan tersebut dikemukakan tanpa beban, seolah-olah hanya kesalahan sepele.

Lagi-lagi masyarakat menjadi bodoh mendengar pernyataan tersebut, sementara pejabat yang mengeluarkan pernyataan, seakan-akan tak berdosa dengan pernyataannya yang sudah sangat membodohi.

Ada lagi pernyataan yang lebih aneh lagi, tentang kewajiban orang kaya agar menikahi orang miskin, pernyataan ini terakhir diklarifikasi hanya sebagai intermezo. Adakah mereka sadar, setiap apa yang mereka nyatakan dihadapan publik, itu bukanlah pernyataan pribadi, tapi atas nama fungsi jabatan mereka.

Yang lebih ekstrem lagi, pernyataan seorang pejabat publik, yang bilang Agama sebagai musuh Pancasila. Jelas pernyataan ini sangat kontroversial, dan memancing amarah, apa pun argumentasinya, pernyataan ini adalah kesalahan yang tidak patut diucapkan oleh pejabat publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline