Lihat ke Halaman Asli

Aji NajiullahThaib

Pekerja Seni

Jokowi Geram, Akan "Gigit" Makelar Kodok

Diperbarui: 2 Desember 2019   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kompas.com

"Ada yang senang impor, tapi tidak mau diganggu impornya, mau minyak atau LPG. Saya akan ganggu. Pasti akan saya gigit itu orang," kata Presiden Jokowi saat dia mengungkap kegeramannya pada mafia impor.

Kegeraman Jokowi ini bukanlah tiba-tiba, tapi dilatari oleh masih adanya kartel mafia migas, dan bahkan ditengarai ada dilingkaran Istana. Meskipun Petral sudah dibubarkan, tidak berarti jaringan mafia migas pun ikut bubar.

Puncak kegeraman Jokowi terhadap mafia impor ini diungkapkannya tanpa basa-basi, dan tanpa tedeng aling-aling saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2019 di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (28/11) malam. Katadata.co.id

Para penyuka impor yang disebutkan Jokowi penulis analogikan seperti 'makelar kodok', broker impor produk komoditi, bukan cuma impor komoditi non migas, tapi juga impor migas yang keberadaannya masih terus mengganggu Pemerintah.

Upaya pemberantasan mafia impor ini sebetulnya sudah dilakukan Jokowi sejak Periode pertama Pemerintahannya . Dan itu ditandai dengan dibentuknya Tim Reformasi Tata kelola Migas, yang diketuai  oleh Faisal Basri.

Tim inilah yang merekomendasikan pembubaran PT Pertamina Energy Trading Ltd (petral), anak perusahaan Pertamina,  yang diketahui mengatur sejumlah kontrak pembelian impor migas di bawah Pertamina Energy Service (PES), Singapura.

Tapi rupanya pembubaran Petral ini diibaratkan Faisal Basri seperti membakar sarang tawon, sarangnya dibasmi tawonnya tetap berkeliaran, dan mengamuk dengan penuh emosional.

"Pembubaran Petral ini seperti membakar sarang tawon. Akibatnya, keluar tawonnya dan sering kali emosional. Di sekeliling istana bahkan ada tawon. Mereka terus bergerak dan melakukan macam-macam hal," katanya.

Jokowi juga pernah meluapkan kemarahannya terhadap mafia impor, saat dia ketahui barang kebutuhan yang tidak perlu di import pun tetap mereka import. Lihat saja Pacul pun sampai di import, padahal produk dalam negeri kualitasnya lebih bagus daripada import.

Para mafia impor ini mana peduli kalau impor komoditi yang menjadi penyebab membengkaknya neraca perdagangan dan melebarnya defisit transaksi berjalan/current account defisit (CAD).

Mereka hanya berpikir tentang kepentingan kelompoknya, tidak pernah berpikir dampaknya pada negara dan masyarakat. Sekarang Jokowi tidak lagi peduli, Jokowi akan ganggu mereka, bahkan kalau perlu direbus dalam panci ala merebus kodok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline