Lihat ke Halaman Asli

Aji Prasanto

Bujangan

[Coretan Ramadhan 23] Menagih Janji Mengingkari Nurani

Diperbarui: 14 April 2023   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cahaya Ramadhan, (pexels.com/ Oleksandr Pidvalnyi)

Bulan Ramadhan yang penuh suka cita serta keramaian dalam jalinan sosial, semangat yang meningkat, penuh ketaatan, serta menjalankan berbagai aktivitas sosial yang lebih positif memberikan sebentuk gambaran yang menyenangkan di muka kehidupan.

Tak terelakkan, kita seperti berlomba-lomba dalam kebaikan menumbuhkan kembali budaya sosial yang hangat dan penuh dengan senyuman. Ramainya tempat peribadatan serta perbincangan tentang berketuhanan menumbuhkan kembali ingatan akan anugerah yang telah diberikan.

Para dermawan bertebaran, pemberian-pemberian berseliweran, juga harapan atas apa yang diberikan.. .

Berbicara tentang harapan, tentunya setiap dari kita memiliki harapan dengan akhir yang memberikan kebahagiaan. Namun terkadang harapan juga mencipta kepedihan-kepedihan, tapi tanpa harapan kita juga tak akan memiliki gairah dalam kehidupan.

***

Tulisan sebelumnya yang berjudul Masih tentang Lailatul Qadar, memberikan kita sebentuk gambaran bahwa dengan berharap dan menerka-nerka setiap apa yang kita lakukan tak akan menghasilkan hasil yang baik.

Yang mana dalam tulisan kemarin dikatakan, jika ingin mendapat malam (hari) yang penuh kemuliaan, sebaiknya kita melakukan dari awal sampai akhir dengan terus meningkatkan keistiqomahan. 

Juga menurut saya hal tersebut mengantarkan kita pada perjalanan dalam kehidupan, bahwasanya tak perlu mengharapkan "satu hari yang penuh dengan keajaiban", namun ciptakanlah keajaiban di setiap harinya.

Mari kita mencoba berandai-andai; dalam membuka suatu usaha (menjual sesuatu) misalnya, awalnya kita menjual dengan harga yang murah dengan menjaga kualitas dan yang sebagainya, sehingga menyenangkan pembeli dan mengundang banyak orang.

Tentunya hal tersebut memberikan kebahagiaan, baik untuk pembeli maupun penjual karena sama-sama menguntungkan. Tapi pada kesempatan yang lain, karna tak mampu untuk terus menjaga kualitas dan persaingan harga dengan penjual lainnya, alhasil penjualan kita tak seramai sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline