Lihat ke Halaman Asli

Aji Prasanto

Bujangan

[Coretan Ramadhan 22] Masih tentang Lailatul Qadar

Diperbarui: 13 April 2023   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cahaya Ramadhan, (pexels.com/ Oleksandr Pidvalnyi)

Dari tulisan kemarin Lailatul Qadar, disebutkan bahwa malam penuh kemuliaan atau malam seribu bulan tersebut tidaklah ada yang mengetahui kapan jatuh/ tibanya. Kita hanya bisa mengira-ngira atau menebak-nebak akan jatuhnya malam tersebut, mungkin pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan atau pada tanggal-tanggal ganjil.

Tentunya ini menjadi hal yang cukup unik bila kita melakukan tebak-tebakkan dengan sang pemberi malam tersebut. Jika terus berlanjut menebak-nebak, tentunya ini bisa saja dikatakan suatu gembling dan pastinya gembling di dunia nyata saja pasti rugi, apalagi dengan Sang Ilahi.

Begitu pula apa yang dikatakan oleh KH Buya Syakur Yasin, dalam sebuah konten di channel youtubenya yang mengatakan bahwa:

"Jika ingin bertemu dengan malam Lailatul Qadar, tak perlu mengira-ngira kapan kedatangan malam tersebut. Mau awal Ramadhan, akhir Ramadhan, tanggal-tanggal ganjil bulan Ramadhan, terserah Tuhan mau menurunkan malam Lailatul Qadar kapan. Kita sebagai umatnya, lebih baik mempersiapkan kedatangan malam tersebut dari awal puasa sampai akhir puasa, dan terus menjaga keistiqomahan dalam setiap menjalankan ibadah kepada Allah SWT".

Buya Syakur Yasin, (YouTube KH Buya Syakur Yasin MA)

Lebih jauh lagi, Buya Syakur Yasin mengatakan bahwa makna Lailatul Qadar yang sebenarnya adalah bagaimana kita dalam menjaga keistiqomahan dalam beribadah kepada Tuhan. Jika kita hanya berharap kemuliaan pada suatu malam tersebut, beribadah dengan rajin hanya karna mengetahui akan kemuliaan serta apa yang menguntungkan di hidup kita, tentunya tak akan ada maknanya kita menjalankan suatu ibadah.

Kemudian, dalam Nabi Muhammad SAW mendapatkan malam Lailatul Qadar saat Nabi telah mencapai kesucian jiwa (kebijaksanaan sejati) dalam diri beliau. Dibarengi dengan turunnya malaikat Jibril yang memberikan wahyu kepada Nabi dengan memerintahkan: "Iqra!" ("Bacalah!").

Sedangkan kita tahu bahwasanya, Nabi Muhammad SAW merupakan seorang yang tak bisa baca tulis. Lalu, apa sebenarnya maksud dari seruan "Bacalah!" tersebut?

Buya Syakur Yasin menjelaskan artian tentang malaikat Jibril yang memberikan wahyu kepada Nabi dengan seruan "Iqra!" sebenarnya bukan menyuruh untuk "membaca" melainkan untuk "belajar" dengan kata lain mencerdaskan umat.

Hal ini sejalan dengan pengertian Lailatul Qadar yang memberikan perubahan total dalam perjalanan hidup Nabi serta perjalanan hidup umat manusia (merdeka.com). Singkatnya, dengan belajar maka sumber daya manusia akan mengalami peningkatan, sehingga memberikan dampak perubahan kepada setiap manusia ke arah yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline