Lihat ke Halaman Asli

Aji Prasanto

Bujangan

[Coretan Ramadhan 08] Masuknya Islam ke Pulau Jawa

Diperbarui: 30 Maret 2023   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cahaya Ramadhan, (pexels.com/ Oleksandr Pidvalnyi) 

Seperti apa yang telah dibahas kemarin, proses penyebaran Islam di Nusantara sendiri sangat erat kaitannya dengan kegiatan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh ulama dan pedagang dari Timur Tengah. Begitu pula di pulau Jawa, dengan datangnya mereka membawa wajah baru yang hampir mengubah Jawa secara keseluruhan.

Secara umum, kita ketahui bahwa proses penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali (Wali Songo). Dengan menggunakan teknik penyebaran yang lues, fleksibel, damai, serta santun kepada masyarakat di pulau Jawa. Lalu bagaimana para wali tersebut bisa sampai ke pulau Jawa? untuk mendapat jawaban dari pertanyaan tersebut, mari kita simak ulasan berikut ini...

***

Masih melansir dari buku Sejarah Peradaban Islam, karya Achiriah & Laila Rohani tahun 2018. Disebutkan bahwa penyebaran ajaran Islam di Nusantara dilakukan melalui pendekatan dengan kerajaan-kerajaan juga melalui perdagangan, di pulau Jawa sendiri tidak dapat ditentukan secara pasti apakan hal tersebut juga dilakukan.

Namun, ditemukannya sebuah makan di Gresik, dengan nisan yang bertulis Fatimah binti Maimun, meninggal pada tanggal 7 rajab, tahun 475 H/ 1082 M, kemudian makam dari Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 rabi'ul awal, 822 H/ 1419 M. Menandakan bahwa pada abad ke-15 M, Gersik telah menjadi daerah yang tidak hanya sebagai wilayah perdagangan namun juga sebagai wilayah masuknya ajaran Islam yang ditandai dengan adanya makam Maulana Malik Ibrahim yaitu seorang penyebar Islam pertama di Pulau Jawa.

Dalam sumber catatan Tionghoa, orang Islam sudah ditemukan di pulau Jawa pada tahun 1416 M, tetapi mereka bukan orang yang berasal dari tanah Jawa sendiri, melainkan orang asing. Sedangkan menurut catatan dari Portugis, beberapa kabupaten di pesisir utara pulau Jawa, pada tahun 1448 M rakyat dan bupatinya sudah beragama Islam. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa penyebar ajaran Islam pertama di pulau Jawa adalah Maulana Malik Ibrahim.

Setelah Maulana Malik Ibrahim meninggal, disebutkan bahwa penerus gerakan penyebaran Islam di pulau Jawa adalah Sunan Ampel. Ditemukan tenggang waktu dari kedua tokoh tersebut, namun tidak terlalu lama.

Sunan Ampel sendiri merupakan seorang yang berasal dari Campa, suatu daerah di pesisir Vietnam. Hal tersebut disebabkan karena Sunan Ampel adalah kemenakan Permaisuri Majapahit, yang dalam sejarah berasal dari Vietnam. Nama yang dimiliki Sunan Ampel sebenarnya adalah Rahmat kemudian diberi gelar yaitu Sayid Ali Rahmat, nama Ampel sendiri diberikan karena Ia mendirikan sebuah pesantren di Ampel. Pesantren tersebut adalah hasil pengembangan, yang sebelumnya telah didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim.

Pesantren kala itu, disebutkan merupakan suatu tempat keagamaan serta tempat belajar membaca Alqur'an, seperti terdapat di Baghdad. Murid-muridnya diasramakan serta sistem pengajarannya sudah mengambil bentuk halaqah, yaitu sekelompok siswa belajar dibawah bimbingan seorang guru. Disamping sebagai lembaga pendidikan, pesantren Ampel juga merupakan pusat dakwah islam yang mengatur taktik dan strategi dakwah.

Dari situlah benih lahirnya gerakan dakwah di pulau Jawa. Dengan upaya mengumpulkan para ulama di pesantren itu, kemudian para maulana dari berbagai negeri Islam yang telah memiliki pengetahuan agama pun berdatangan, seperti dari Arabia, Libya, maupun Persia. Mereka kemudian di gembleng oleh sunan Ampel untuk melaksanakan tugas dakwah di pulau Jawa. Para da'i itu kemudian dalam sejarah dikenal dengan sebutan Wali Songo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline