Lihat ke Halaman Asli

Aji Prasanto

Bujangan

Esensinya Hilang, Berubah Jadi Ajang Mempertontonkan Pencapaian

Diperbarui: 17 April 2022   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto dari kompas.com

Kebanggaan dengan diri sendiri tentunya tidak bisa kita kesampingkan karena itu merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan sebuah kepercayaan diri kita, apalagi jika kita merasa bahwa kita telah sampai pada sebuah tujuan dalam hidup kita masing masing, di segala bentuknya. Kepercayaan diri ini tentunya sangat bermanfaat bagi diri kita, dimana dengan sebuah kepercayaan diri kita dapat meningkatkan akan suatu pencapaian kita. 

Dengan kepercayaan diri, kita akan berpikir secara positif dan akan mengesampingkan segala bentuk kekurangan yang kita miliki, dengan kata lain kita akan lebih positif dan lebih bersikap optimistis. Namun dalam segi kehidupan tentunya tak pernah lepas oleh suatu hal yang sifatnya Positif dan Negatif. 

Dalam segala hal, hidup didunia tentunya tak bisa kita hilangkan akan suatu kekurangan, secara normatif “Kesempurnaan” hanya milik Allah SWT. Segala sikap yang kita rasa itu baik, dalam sudut pandang orang lain pun tidak dapat kita pungkiri sikap tersebut belum tentu dilihat baik oleh orang lain. 

Dengan demikian, hal tersebut melatar belakangi akan suatu pemikiran bahwa di dalam segala aspek kehidupan didunia (Bermasyarakat), kita tidak boleh hanya melihat dengan sudut pandang pribadi saja, namun kita juga perlu peka akan sekitar, sehingga dengan demikian kita bisa menyesuaikan sikap kita dengan individu lain di sekitar kita.

Suatu pencapaian dalam hidup kita pastilah merupakan kebanggaan untuk diri kita sendiri, kebanggaan tersebut memacu kita untuk terus meningkatkannya menjadi lebih baik lagi atau bisa menjadikan kemandekan dalam hidup kita karena kita telah merasa puas dan kelelahan-kelelahan semasa dalam hidup perjuangan telah sampailah pada suatu titik kebahagiaan.

Tentunya sebagai manusia, yang disebut didalam ilmu sosial merupakan suatu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan senantiasa bergantung dengan orang lain kita memiliki sikap-sikap yang menjadi suatu ciri yang dimiliki oleh makhluk sosial tersebut. 

Sikap-sikap tersebut tentunya memiliki sisi baik dan buruknya masing masing, seperti halnya sikap manusia yang toleran, saling bergotong royong, ingin memiliki kebermanfaatan dalam hidupnya untuk sekitar, dll. 

Namun, disisi lain sikap manusia pula memiliki sifat buruk seperti halnya gaya hidup hedonisme, perilaku konsumtif (konsumsi kebutuhan yang bukan merupakan kebutuhan pokok/ dasar konsumsi karena keinginan semata), dan di jaman yang modern ini dengan adanya media sosial sikap manusia menjadi terlihat sering menunjukan atau memamerkan kehidupannya/ kesuksesannya/ pencapaiannya yang secara kita lihat sedikit memiliki suatu keinginan atau bertujuan ingin memperlihatkan akan pencapaian dalam kehidupannya tersebut (Tanpa menyebut orang lain penulis pun kadang juga begitu). 

Pastilah yang dinamakan sikap buruk, dilihat secara normatif akan buruk. Kebaikannya hanya terletak pada kepuasan pribadi saja, untuk kemanfaatannya kepada orang lain sangat sedikit bahkan dirasa tidak ada.

Sikap ingin dilihat (eksis) tentunya merupakan sikap yang normal sebagai seorang makhluk sosial, namun jika dibarengi dengan sikap yang kurang baik seperti memamerkan sesuatu secara berlebihan dan lain sebagainya tentunya ini akan berakibat buruk bagi keberlangsungan hidup bermasyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline