EGRANG
Permainan Egrang ini sebenarnya cukup unik dan cukup menguras tenaga. Karena pemain harus terampil dalam menjaga keseimbangan tubuh dan berjalan dengan stabil di atas tongkat kayu panjang. Permainan berkembang dan cukup populer di tahun 1900-an. Ada beberapa yang menjadikan Egrang sebagai permainan tradisional, tetapi juga ada yang menganggapnya sebagai olahraga tradisional. Saat ini, Egrang sendiri hanya bisa ditemui pada saat merayakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus.
Sebutan untuk permainan Egrang ini di setiap daerah berbeda-beda. Di Kalimantan disebut dengan Batungkau, di Jawa Tengah disebut dengan Jangkungan, kemudian di Bengkulu disebut dengan Ingkau, sedangkan di Sumatra Barat disebut dengan Tengkak-tengkak. Namun, masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah Egrang atau Engrang.
Egrang atau Engrang adalah tongkat panjang yang terbuat dari bambu di mana seseorang bisa berdiri di atasnya, kemudian berjalan dalam jarak atau waktu tertentu. Pada mulanya, Egrang ini merupakan olahraga atau permainan tradisional yang jika diteliti, cukup sulit untuk menemukan dari mana asal mulanya, tetapi beberapa peneliti mengatakan permainan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan permainan ini mendapat pengaruh dari budaya China. Kosakata Egrang itu sendiri berasal dari Bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang.
Bentuk Permainan
Permainan atau olahraga tradisional ini memiliki makna yang sangat dalam jika kita teliti lagi. Mengapa, karena permainan ini harus dimainkan dengan niat yang kuat. Saat kaki sudah dipijakan bamboo, kemudian mencondongkan badan ke depan untuk berjalan maka sang pemain tidak boleh ragu-ragu. Pemain harus berjalan cepat supaya seimbang dan tidak jatuh, jika terjatuh akan terasa sakit. Ini sama halnya dengan kehidupan. Ketika kita sudah mengambil suatu keputusan, kita harus bertekad dan berkomitmen untuk menyelesaikannya dan tidak boleh ragu-ragu.
Nilai Nilai Kehidupan Dalam Permainan Egrang
- Nilai Sportifitas,
Nilai sportifitas tercermin pada pemain yang bisa menerima kekalahan dengan lapang dada, dan pemain tidak berbuat curang selama permainan berlangsung.
- Nilai Kerja Keras,
Nilai kerja keras tercermin dari semangat si pemain itu sendiri, yang berusaha agar bisa berjalan dengan cepat dan stabil hingga sampai ke tempat yang sudah ditentukan.
- Nilai Keuletan,
Nilai keuletan dapat terlihat pada proses pembuatan tongkat kayu yang akan digunakan untuk Egrang, di mana bambu harus dibuat sebaik mungkin supaya tidak patah atau rusak ketika dinaiki oleh pemain
Dimensi Sosiologi Yang Terkandung Dalam Olahraga Egrang
- Dalam Masyarakat
Bagi masyarakat Indonesia Egrang adalah permainan tradisional yang harus terus dilestarikan. Dalam kajian sosiologi Egrang di dalam masyarakat dapat mempersatukan. Karena permainan ini sekarang telah memiliki banyak komunitas yang dapat meningkatkan nilai kebersamaan dan menjaga silahturahmi terlebih lagi sudah menjadi bagian atau termasuk ke dalam olahraga tradisional yang selalu diperlombakan ketika hari kemerdekaan Indonesia tiba atau lebih tepatnya tanggal 17 agustus.
- Dalam Ekonomi
Egrang sudah bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negri, pada saat event atau perlombaan akan menimbulkan keramaian yang bisa membantu perekonomian warga sekitar. tetapi bisa saja menjadi daya tarik turi mancanegara ketika berkunjung ke Indonesia dengan adanya egrang yang tidak hanya di satu daerah saja bukan tidak mungkin akan membantu perekonomiannya.
- Dalam Pengembangan Wisata
Egrang bisa menjadi daya tarik tersendiri dari Indonesia karena mempunyai sebuah permainan atau olahraga tradisional sendiri yaitu egrang terlebih lagi egrang tidak hanya ada di satu daerah Indonesia melainkan di beberapa daerah yang bisa menjadi daya tarik wisatawan mancanegara atapun wisatawan local karena egrang itu sendiri.
- Dalam Norma, Ras dan Suku
Kepentingan sosial merupakan salah satu tujuan utama dari adanya olahraga tradisional ini, karena tujuan yang diharapkan dalam permainan tradisional egrang adalah untuk hiburan di masyarakat.
Permainan tradisional seperti ini sudah mulai masuk museum dan lembaga-lembaga penelitian atau budaya yang bisa diteliti untuk kepentingan sejarah dan budaya. Bagi yang ingin melihat permainan ini, mungkin hanya bisa menemuinya di daerah tertentu saja dan pada waktu tertentu. Bahkan, sudah banyak acara-acara seminar yang menampilkan permainan Egrang atau permainan tradisional lainnya. Permainan atau olahraga tradisional harus tetap dipertahankan, karena dia merupakan bagian dari sejarah dan olahraga di kearifan lokal. Jangan sampai permainan dan olahraga tradisional kita menjadi punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H