Hujan kembali berpilin di langit kota sore ini, lagu dari band Radiohead menggema di seisi ruangan kedai kopi yang kudatangi. Terlihat dari dalam kedai, orang-orang berlalu lalang dengan menggunakan payung, pengendara motor yang terlanjur basah nekat menerobos derasnya rintik hujan. Perlahan, kusentuh kaca di sampingku yang menghadap langsung ke arah jalan. Pendingin ruangan yang selalu dinyalakan menjadi pelengkap hawa yang menusuk sukma. Kualihkan pandanganku ke depan, kedai kopi ini sunyi. Tentram dan nyaman adalah dua hal yang kurasakan. Kusesap pelan kopi yang kupesan tadi, sesaat kusesali pilihanku memesan kopi pahit ini.
Sejenak aku berpikir, apakah ini keputusan yang tepat setelah belakangan ini berkutat dengan rasa sakit yang teramat sangat? Kunikmati dingin yang menyesakkan ini. Kupejamkan mata seraya menarik nafas dalam, ribuan percik hujan sore ini semakin luruh ke bumi berbaur dengan tangis yang selama ini kucoba untuk sembunyikan. Pertahanan terakhirku runtuh, akhirnya air mataku jatuh. Aku menangis diantara ribuan tetes hujan. Kucoba untuk menikmati rasa sakitnya serta memeluk semua rasa takut, marah, dan kesalku. Hujan nampaknya sangat setia menemaniku hari ini.
Aku berjanji, akan kupeluk semua rasa sakit ini hingga tidak dapat lagi kurasakan. Kunikmati meski mengiriskan hati dan bagian yang paling penting aku akan berdamai dengan kejamnya takdir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H