Lihat ke Halaman Asli

Ajeng mariam ulfah

mahasiswa univeritas pendidikan indonesia

Problematika Pembelajaran Online di daerah Terpencil

Diperbarui: 25 Juli 2021   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terhitung sudah 16bulan covid-19 menggerogoti Indonesia, banyak sektor yang terdampak akibat pandemic ini, salah satunya Pendidikan. Semua kegiatan pendidikan dipaksa berjalan secara online, oleh karena itu para pendidik dituntut untuk lebih memahami dunia digital. Sayangnya tidak semua pendidik mampu beradaptasi dengan perubahan metode pendidikan yang diharuskan serba online ini. Covid-19 ini tidak mengenal siapa, kapan dan dimana, baik di kota-kota besar ataupun pedesaan mereka yang lalai dan abai akan protokol kesehatan akan terkena dampaknya. Saya pergi ke salah satu desa di daerah kab.Bandung dan mewawancari beberapa tenaga pendidik untuk mencari tahu, perihal apa-apa saja yang menjadi hambatan atau permasalahan yang dirasakan selama pandemic berlangsung dan berikut beberapa faktor: 

1. Sinyal atau Jaringan Internet Sinyal atau Jaringan Internet merupakan aspek utama dan penting ketika pembelajaran online berlangsung, ketika sinyal internet sulit dijangkau banyak hal yang terjadi, baik dari sisi pendidik ataupun dari para siswa/i. Pendidik lebih sulit menjelaskan, karena sinyal yang naik turun, membuat percakapan terbata-bata dan membuat para siswa/i sulit untuk memahami tentang apa yang sedang dijelaskannya 

2. Kuota Internet Meskipun para tenaga pendidik sudah mendapatkan kuota subsidi dari KEMNEDIKBUD sebesar 15GB, tak dapat dipungkiri kuota tersebut belum bisa memenuhi untuk pembelajaran selama satu bulan terlebih belum semua tenaga pendidik mendapatkan kuota subsidi tersebut, tak jarang mereka mengeluarkan dari kantong pribadi untuk memenuhi kuota internetnya. 

3. Alat penunjang (Handphone) Karena tugas para siswa/i biasanya dialihkan menjadi format video tak jarang membuat para guru mengalami permasalah baru, selain sinyal yang harus stabil ketika mendownload, kuota internetpun yang terkuras ketika mendownload file video tersebut, terlebih bukan satu atau dua siswa yang ditangani, karena terlalu banyak video yang harus di unduh, membuat memori di Handphone terus terisidan semakin terisi, semakin performa dan kinerja dari Handphone nya pun menurun. 

4. Orang tua tidak mempunyai HP Tak semua guru memiliki HP begitu juga para murid ataupun orangtua muridnya. Seperti di daerah pedesaan, tidak semua orangtua murid memiliki Handphone dan yang memiliki Handphone pun belum tentu bisa memfasilitasinya. Hal tersebut menjadi masalah baru baik untuk guru ataupun orang tua murid, dampaknya banyak nya materi yang tidak sampai atau bahkan terhenti kepada para siswa/i. 

Itulah beberapa faktor hambatan yang dialami, tapi hal-hal tersebut tidak membuat para tenaga pendidik kehabisan ide untuk mencari solusi terkait masalah yang dihadapi, baik untuk sesama rekan kerja ataupun para orang tua beserta anaknya. Salah satu solusinya adalah membuat kelompok siswa yang tinggal di daerah yang sama. Jadi para guru membuat jadwal kunjungan sesuai kelompok yang sudah dibuat tersebut, dengan catatan selalu menerapkan protokol kesehatan yang tersedia, dengan begitu beberapa materi pembelajaran bisa kembali tersampaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline