Marxisme yang didasarkan pada ideologi Karl Marx menekankan bahwa keuntungan yang kuat atau hasil audit bisnis yang positif memungkinkan eksploitasi karyawan. mencoba memaksimalkan keuntungan dengan mengekstraksi sebanyak mungkin pendapatan dari pekerja. Inilah mengapa asosiasi pertama antara Marxisme dan keberadaan hierarki kelas ditarik.
Marxisme adalah hasil pemberontakan Marx melawan kapitalisme. Dia percaya bahwa keuntungan modal atas biaya proletariat. Proletariat berada dalam kesulitan yang mengerikan karena mereka harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendapatkan bayaran yang sedikit sementara satu-satunya yang mendapat untung dari usaha mereka adalah para kapitalis. Untuk bertahan hidup, banyak kaum proletar harus tinggal di pinggiran kota dan daerah kumuh. Marx percaya bahwa penyebab utama masalah ini adalah "kepemilikan pribadi" dan konsentrasi uang di tangan orang kaya.
Korelasi Negara dan Kelas dalam Marxisme
Marx berpendapat bahwa kelompok orang daripada individu membuat masyarakat. Kelas adalah kumpulan individu yang memiliki pola interaksi yang sama dengan alat produksi. Karena mereka memiliki pola hubungan yang mirip dengan alat-alat produksi, mereka mengembangkan beragam perspektif tentang diri mereka sendiri dan dunia tempat mereka tinggal. Saat membagi kelas sosial, Marx membuat perbedaan antara proletariat dan borjuis.
Marx menyatakan bahwa semua institusi ekonomi dan politik selalu diatur oleh kelas penguasa bangsa. Marx sampai pada kesimpulan bahwa negara berfungsi sebagai perpanjangan kelas penguasa semata-mata untuk tujuan mempertahankan posisinya kekuasaan. Sebagian besar dari kelas atas tampaknya kebal terhadap hukum, pelanggar ringan menerima hukuman yang lebih berat daripada pejabat yang tidak jujur, dan umumnya rakyat biasa yang menderita, menurut sudut pandang ini.
Dalam bukunya Poverty of Philosophy, Marx menggarisbawahi bagaimana contoh-contoh eksploitasi kelas telah memunculkan komponen permusuhan kelas yang memicu kerinduan proletariat untuk bebas dari rantai penindasan. ketika penindasan kaum proletar semakin parah. Tujuan menyeluruh mereka adalah mengarahkan perkembangan tatanan sosial baru tanpa pernah menyalahgunakan kekuasaan borjuis untuk keuntungan pribadi.
Marxis berpendapat bahwa pasar tidak dapat mengatur diri sendiri, dan kapitalisme tidak setuju. Akibatnya kaum borjuis akan menjadi gila, menimbun kekayaan, dan menggunakan otoritas yang tak terkendali, yang selanjutnya memperbudak proletariat. Filsafat antikapitalis Marx berpendapat bahwa jurang pemisah antara kaum borjuis dan kaum proletar harus segera ditutup. Mengingat hal itu bertentangan dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan.
Namun, keterlibatan pemerintah diperlukan karena pasar tidak beroperasi sebagai mekanisme pengaturan sendiri. Menurut pemikiran kaum Marxis, pemerintah harus mengatur pasar agar tidak ada lagi perbedaan kelas. Maka keadilan dapat ditegakkan. Karl Marx berpikir bahwa semua perkembangan sosial terutama merupakan hasil dari basis ekonomi masyarakat sosial. Ekonomi yang sehat akan membentuk dan mempengaruhi semua kelompok sosial. Bisa dikatakan bahwa kesenjangan ekonomi lebih disebabkan oleh strukturnya daripada budayanya.
Sistem Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Mao Zedong
Di pemerintahan RRC, Mao Zedong menerapkan sistem ekonomi Marxis. Dia ingin menyingkirkan kelas sosial yang hanya buruk untuk satu sisi. Selama masa kemerdekaan RRT, status ekonomi Tiongkok sangat memprihatinkan. Ketika inflasi meningkat, ekonomi turun. Oleh karena itu, Zedong mendukung sistem ekonomi Marxis. Zedong mencampurkan prinsip Marxisme dan komunis dengan aktor "Petani".
Mao Zedong menerapkan beberapa kebijakan ekonomi untuk memberlakukan sistem marxisme, antara lain: