Sebuah televisi menjadi alat media massa untuk memberikan informasi dikarenakan telah banyak masyarakat yang menjadikan televisi sebagai sumber yang terpercaya. Stasiun televisi telah menjadi keharusan untuk memberikan tayangan yang beredukasi, tidak hanya memberikan informasi. Salah satu cara stasiun televisi menjadi stasiun yang dibanggakan yaitu melewati program acara televisi. Program acara televisi sebagai ajang untuk stasiun berlomba-lomba memberikan tayangan yang tidak hanya menarik tetapi beredukasi bagi masyarakatnya dikarenakan dari program acara televisi lah , sebuah stasiun televisi akan sukses dinikmatin oleh masyarakatnya.
Hal ini mengakibatkan dari tahun ke tahun, sebuah stasiun televisi harus bekerja keras untuk memberikan informasi tidak hanya itu saja tetapi hiburan yang akan menarik seluruh masyarakat Indonesia. Stasiun televisi tidak hanya harus bekerja keras dengan program televisi saja tetapi bagaimana dapat bertahan dengan adanya stasiun televisi yang terus tercipta.
Namun kenyataannya, semakin banyak stasiun televisi keluar tidak menjadikan sebuah stasiun televisi berkembang dengan baik tetapi ini membuat stasiun televisi tanpa disadari saling bersaing. Hal ini mengakibatkan semakin kerasnya ajang saling bersaing untuk memberikan yang terbaik. Stasiun televisi akan membuat beberapa tayangan yang hanya mementingkan sebuah ketenaran atau rating tinggi tanpa mempedulikan sebuah tayangan yang bermanfaat untuk masyarakat indonesia.
Munculnya rasa ketakutan sebuah stasiun televisi terhadap kesuksesannya dengan melihat program televisi tidak diminati oleh lingkungan masyarakat Indonesia menyebabkan hal tersebut terjadi. Hingga berjalannya waktu, stasiun televisi yang terus bersaing dengan memberikan hiburan kepada masyarakatnya, ini akan terciptanya pengaruh dari sebuah tayangan televisi.
Dalam teori pengaruh komunikasi massa, individu diyakini sangat terpengaruh oleh pesan-pesan media karena media dianggap sangat kuat dalam membentuk opini masyarakat. (Littlejohn, 2009:423). Pernyataan ini membuktikan bahwa tayangan televisi sangat erat kaitannya dengan persepsi masyarakat indonesia seperti tayangan hiburan yaitu Sinetron. Dalam tayangan sinetron akan memunculkan adegan-adegan yang banyak mengundang rasa emosi dari setiap penontonnya, tidak hanya rasa emosi tetapi juga dengan kata-kata kesedihan yang dapat membuat masyarakat terbawa perasaan dan menganggap hal tersebut ialah sebuah pesan yang akan ditarik melalui persepsi masyarakat kemudian terbentuklah sebuah opini masyarakat.
Sebuah stasiun televisi jika terus hanya mementingkan rating tinggi dengan berbagai pengaruh yang kuat mengenai tayangannya justru hal ini membuat dampak buruk khususnya bagi anak-anak dibawah umur mengakibatkan para orang tua akan menjadi takut membiarkan anaknya untuk menonton televisi bukan hanya sinetron saja seperti talkshow yang biasanya melontarkan candaan yang dapat membuat masyarakat menjadi meniru dengan menganggap bahwa hal itu sebuah kebiasaan masyarakat indonesia.
Dampak tersebut akan membuat beberapa masyarakat pro dan kontra bermunculan dengan opini-opini mereka yang terbentuk tanpa mereka sadari. Opini-opini mereka akan terdengar dan dibaca melalui alat media massa lainnya. Mereka akan beradu opini tanpa henti-hentinya hingga terdengar oleh Komisi Penyiaran Indonesia.
Lembaga ini telah banyak memberikan sanksi terhadap beberapa stasiun televisi. Sepanjang periode September 2013 hingga Juni 2015, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) telah mengeluarkan 408 sanksi untuk berbagai acara di berbagai stasiun televisi. Jumlah banyaknya sanksi sepanjang 2 tahun ini menandakan bahwa akan semakin banyak masalah-masalah yang timbul membuat semakin menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada sebuah stasiun televisi tersebut dan terus menimbulkan masalah-masalah baru terhadap stasiun televisi maupun kehidupan di Indonesia.
Beberapa dari mereka akan memberikan komentar negatif terhadap tayangan televisi yang telah diberikan sanksi , komentar itu akan semakin menggila saat sanksi tersebut hanya menjadi sanksi bayangan hanya sekedar sanksi tanpa memberikan efek jera seperti tayangan yang telah dicap sebagai tayangan tak mendidik menimbulkan beberapa kasus kejahatan dan pelecehan indonesia yang semakin banyak ini tidak dihentikan tetapi malah menimbulkan rating tinggi.
Menurut saya, permasalahan yang terus terjadi di Indonesia menandakan bahwa pengaruh media khususnya televisi telah berhasil dengan cepat menimbulkan persepsi pada masyarakat kemudian terbentuklah berbagai macam opini. Sebuah acara yang terus berulang mendapatkan sanksi dan kritikan melalui KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) maupun masyarakat di Indonesia tidak semua menimbulkan rasa jera.
Dalam teori pendekatan penggunaan dan kepuasaan (uses-gratification) , media dianggap sebagai satu-satunya faktor yang mendukung bagaimana kebutuhan terpenuhi, dan audiens dianggap sebagai perantara yang besar: mereka tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. (Littlejohn, 2009:426).