Remaja sekarang ini menormalisasikan kebahagiaan hanya didapat dalam sebuah hubungan. Pacaran,HTS dan lain sebagainya yang saat ini banyak kerap menjadi nama hubungan yang dilakukan para remaja. Alih-alih ingin mendapatkan kebahagiaan di dalam hubungan. Namun nyatanya mereka melakukan tindakan yang mengakibatkan berujung pada kehamilan diluar nikah.
Berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, angka permohonan dispensasi nikah (diska) di Provinsi Jawa Timur pada 2022 mencapai 15.212 kasus. Dari jumlah itu, 80% di antaranya karena para pemohon telah hamil.
Remaja saat ini berpikir bahwasanya dengan adanya cinta hidup akan lebih terasa bahagia dan menyenangkan. Memang jatuh cinta akan membuat kita bahagia, namun kebahagiaan yang didapat pada hubungan pacaran hanya lah sekejap. Di mana kita akan merasakan kesedihan dan kekecewaan mendalam yang dirasakan para anak remaja yang berujung pada tindakan negatif seperti self harm, mengomsumsi obat-obatan terlarang dan minum-minuman keras. Banyak sekali terdapat kasus fenomena anak muda labil yang memutuskan bunuh diri setelah mengalami putus cinta. Hal itu dikarenakan perasaan sedih yang mendalam, sulit untuk menerima kenyataan, merasa menderita yang berlebihan, merasa tidak bahagia, dan lain sebagainya.
Lalu kapan mereka merasakan kebahagiaan di masa remaja dalam hubungan, jika hal tersebut terjadi menjadi hal yang lumrah pada diri mereka dan menjadikan masa remaja yang bahagia.
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi yang berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 -- 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan (Alfina, 2020).
Faktor tingginya angka bunuh diri di Indonesia, menjadi pusat perhatian banyak pihak. Kasus bunuh diri di kalangan remaja saat ini di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Pada kalangan yang dimana adalah Mahasiswa kasus niatan untuk bunuh diri sebesar 6,9% sedangkan 3% lainnya pernah melakukan percobaan bunuh diri. Diakibatkan oleh depresi yang dirasakan remaja ketika putus cinta.
Padahal lebih baik menjadikan masa remaja sebagai masa yang bahagia di dalam hidup kita, dengan cara melakukan kegiatan yang positif, berolahraga, serta meraih segala prestasi mengembangkan potensi diri sendiri. Jangan sampai kita melukai diri hanya karena putus cinta, karena hidup kita jauh lebih berharga daripada yang kita pikirkan. Melepaskan sesuatu adalah keinginan untuk mengubah keyakinanmu untuk membawa lebih banyak kedamaian dan kegembiraan ke dalam hidupmu.
Menurut The Journal of School Health yang diterbitkan oleh sebuah studi di University of Georgia, menemukan bahwa remaja yang tidak pacaran ternyata memiliki tingkat depresi yang lebih rendah dan memiliki ketrampilan interpersonal yang lebih baik. Menekankan bahwa meskipun tidak berpacaran atau lajang, mereka masih memiliki hubungan harmonis dengan teman dan beradaptasi dengan baik.