Lihat ke Halaman Asli

Olah Limba Dapur Menjadi Pupuk Organik

Diperbarui: 18 Desember 2023   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Surabaya, 10 Desember 2023, Evan Pradipta Hartanto, Aizzatul Ismiyah, dan Rifanaldi, merupakan sekelompok mahasiswa dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang diadakan di RW 6 Menur Pumpungan dan berhasil menghasilkan sebuah produk yang dihasilkan dari limbah dapur masyarakat sekitar yang berupa tulang ayam, cangkang telur, dan kulit pisang. Mahasiswa Untag tersebut berhasil meracik bahan-bahan tersebut menjadi pupuk organic yang dapat diaplikasikan pada tanaman cabai yang berada dalam fase pembuahan.

Limbah Dapur merupakan pencemaran lingkungan yang paling sering ditemui disekitar kita. Karena sebagian besar limbah rumah tangga berasal dari dapur. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka akan berdampak negatif di TPA. Maka dari itu, sebelum masuk ke TPA alangkah baiknya jika kita dapat mengolahnya terlebih dahulu. Hal ini tentu akan meringankan beban para pekerja yang bertugas mengangkut dan mengolah sampah.

Melihat penumpukan limbah dapur yang dapat dimanfaatkan, kami tergerak untuk melakukan percobaan untuk membuat pupuk organik dari tulang ayam, cangkang telur dan kulit pisang. Ketiga bahan tersebut kami gunakan karena memiliki kalsium, magnesium dan lain-lain yang dapat membantu pertumbuhan tanaman pada proses pembuahan. Ketiga Mahasiswa Untag tersebut melakukan penelitian kecil untuk membuktikan efektifitas dari pupuk yang telah dihasilkan. Objek penelitian yang digunakan terdiri dari dua tanaman cabai yang berada dalam fase pembuahan. Penelitian yang dilakukan meliputi aplikasi pupuk pada salah satu tanaman dan pengecekan selama seminggu. Setelah dilakukan penelitian selama seminggu, Tanaman dengan pupuk tumbuh lebih cepat dan berbunga lebih lebat.

Pada kedua tanaman tersebut dipilih yang sejenis dan umurnya sama agar dapat menjadi perbandingan jika salah satunya diberi pupuk yang sudah dihasilkan. Kedua tanaman tersebut memiliki tinggi yang hampir sama yaitu A (24,3 cm) dan B (23,6 cm), namun yang kami beri pupuk hanyalah tanaman A. Setelah seminggu kemudian, tanaman A memiliki ketinggian 27 cm dan tanaman B memiliki ketinggian 24 cm. Sungguh hasil yang luar biasa.

Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa limbah dapur yang dihasilkan sebenarnya dapat berfungsi lebih efektif jika diolah dengan teknologi dan ilmu yang tepat. Hal ini juga dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah yang dikumpulkan secara kolektif, dan menghindari penumpukan limbah yang dapat menyebabkan penyakit.

Adanya percobaan ini mengubah sebuah limbah yang tak bernilai menjadi produk yang bernilai dan dapat digunakan. Selain itu, hal ini bisa dijadikan ide untuk mendirikan UMKM yang ada di sekitar wilayah RW 06 Menur Pumpungan. Mengingat diwilayah ini banyak tumbuhan dan tanaman yang memang dilestarikan untuk kepentingan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline