Lihat ke Halaman Asli

Stasiun

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak sabar rasanya untuk sampai di Stasiun Purwokerto, bukan karna hari ini aku pulang kampung tapi karna hari ini aku akan bertemu sahabat baikku. Sahabatku udah nunggu dari jam 10 padahal jadwal keretanya datang jam 12. Entah apa yang dia lakukan disana sampai dia betah berada di stasiun.

Akahirnya, kereta yang aku tumpangi sampai di Stasiun Purwokerto. Lega rasanya. Setelah turun dari kereta, mataku menyapu sekeliling stasiun, tak kutemukan sahabatku itu. Ku raih handphone dan mencoba menghubunginya. Ternyata sahabatku itu sedang asyik dengan sebatang rokok dan secangkir kopinya. Ku hampiri dan tersenyum menyapanya.

Aku (A): betah banget di stasiun?

Sahabatku (S): coba sejenak kamu rasain, betapa indahnya disini.

Akupun mengikuti perintahnya, sejenak aku mengamati sekeliling stasiun, sambil melihat orang yang berlalu lalang disini. Melihat para penumpang kereta dan para penjual makanan yang sibuk menjajakan dagangannya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Aku merasakan suasana yang beda disini ditambah lagi angin sepoy-sepoy yang membuatku tak ingin beranjak dari sini.

(S): Lihatlah pedagang-pedagang itu, mereka pantang menyerah mencari nafkah untuk anak-anak mereka. Apakah kamu pernah berpikir tentang orang tua kamu yang bekerja susah payang untuk menyekolahkanmu? Lupakan kekecewaanmu dan buatlah bangga orang tuamu.

Aku tetap asyik memperhatikan orang-orang itu, dan sejenak teringat kedua orang tuaku.

(S): Klo kamu belum bisa melupakan kekecewaanmu, detik ini juga bersyukurlah dengan semua nikmat dari Tuhan. Dengan bersyukur, perlahan-lahan kamu akan ikhlas dan menjalani kekecewaanmu dengan baik. Dan kekecewaan itu akan berubah jadi sebuah kebanggan buat orang tuamu.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri kami berdua, ternyata dia adalah teman sahabatku. Dan ku tau ternyata orang itu "gagu" tapi dia berusaha berkomunikasi denganku selayaknya orang normal. Sepuluh menit kemudian dia pergi meninggalkan kita.

(S): seseorang yang hidup dengan keterbatasan seperti itu bisa hidup bahagia, tapi kenapa kamu ga bisa?

"yah, orang seperti dia aja bisa hidup bahagia dalam segala keterbatasan, tapi kenapa aku ga bisa?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline