Ketika kita masih menjadi anak-anak dan diberi pertanyaan seperti "Cita-citamu apa, Dik?" Kebanyakan dari kita pasti akan menjawab bahwa kelak ketika besar ingin berprofesi sebagai bidan, perawat, bahkan menjadi dokter. Dunia kesehatan memang sudah sejak lama memiliki banyak sekali peminat, apalagi termasuk dalam SDGs yang ke-3 yaitu Good Health and Well-Being.
Bagi orang-orang yang masih awam dengan dunia kesehatan, pasti hanya berpikiran bahwa dunia kesehatan hanyalah meliputi dokter, bidan, perawat, apoteker, ahli gizi, dan laborat. Tetapi tak banyak yang tahu mengenai salh satu profesi yang masih termasuk ke dalam ranah kesehatan, yaitu HSE (Health, Safety, and Environment) atau dalam artian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Banyak risiko yang senantiasa mengintai para pekerja ketika berada di tempat kerja, bahkan ketika kita menjadi dokter, kita juga tetap mempunyai risiko untuk mengalami kecelakaan saat sedang bekerja. Bayangkan jika para pekerja yang diharuskan bekerja di sektor seperti industri, pertambangan, konstruksi, dan masih banyak lagi tidak memiliki jaminan atau perlindungan yang dapat menjamin keselamatan mereka.
Oleh karena itulah setiap bidang pekerjaan yang memiliki risiko celaka di tempat kerja memerlukan HSE yang akan memastikan untuk meminimalisir kemungkinan kecelakaan yang akan terjadi di tempat kerja.
Dalam kesempatan kali ini, penulis berkunjung ke salah satu proyek yang berada di Kampus C Universitas Airlangga. Tentunya dalam sebuah proyek memerlukan HSE yang profesional untuk menjaga keselamatan para pekerja proyek.
Banyak bahaya yang mengancam keselamatan para pekerja mulai dari bahaya, mulai dari bahaya fisik, bahan kimia, dan ergonomis yang bisa mengancam keselamatan. Maka karena alasan itulah, HSE harus melakukan analisis di tempat proyek. Biasanya HSE akan berkeliling di daerah proyek setiap hari untuk menganalisis bahaya.
Pada umumnya, HSE akan melakukan briefing dengan para pekerja minimal dua kali dalam seminggu, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa setiap pagi akan diadakan briefing. Dalam briefing tersebut berisi tentang penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), identifikasi risiko yang mungkin akan terjadi, himbauan untuk tetap berhati-hati, tanggap darurat, dan semacamnya.
Sejak awal, HSE akan diberikan anggaran yang nantinya akan digunakan untuk keperluan alat-alat keselamatan. Para pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang normalnya terdiri dari helm proyek, rompi, sarung tangan, dan juga sepatu boot. Pekerja yang lokasi kerjanya berada di bagian atap bangunan, harus memakai sabuk pengaman agar meminimalisir cedera ketika jatuh dari ketinggian.
Selain itu, helm proyek juga memiliki banyak warna untuk membedakan siapa yang memakai. Contohnya yaitu helm yang berwarna kuning maupun biru digunakan bagi pekerja, helm yang berwarna merah digunakan bagi HSE K3, sedangkan pengawas atau konsultan menggunakan helm berwarna putih.
Jika ada pekerja yang tidak menggunakan APD secara lengkap, HSE tidak akan langsung menegur pekerja tersebut, melainkan akan memberitahu mandor terlebih dahulu, barulah nantinya akan disampaikan kepada pekerja yang melanggar.
Tugas yang dikerjakan HSE tidak hanya sekedar menganalisis bahaya saja, tetapi juga membantu admin HSE dalam membuat laporan harian, mingguan, maupun bulanan yang berisikan tentang jumlah pekerja dalam sebuah proyek, lalu pekerja tersebut mengerjakan pekerjaan apa saja. Selain itu, HSE juga harus memiliki data riwayat kesehatan para pekerja