Tontonan televisi yang menyajikan adegan yang mengandung kekerasan ternyata memiliki dampak negatif terhadap psikologis anak. Kenyataannya, cerita kartun, sinetron, drama kehidupan, video game, dan ribuan acara TV yang bercerita mengenai pembunuhan dipersepsikan anak sangat berbeda dibandingkan orang dewasa.
Barangkali kita mentoleransi kekerasan dalam sebuah tayangan. Tetapi, seorang anak bukan miniatur orang dewasa dalam memandang dunia. Mereka hanya anak-anak yang belum cukup mengerti mana yang boleh dan tidak boleh.
Banyak para orang tua yang berusaha melindungi anaknya dengan menutup mata anaknya atau menarik mereka untuk menjauhi tindakan kekerasan yang terjadi disekitar mereka. Tetapi bagaimana jika tindakan kekerasan itu dilihat melalui tokoh-tokoh kartun yang saling memukul, membanting, menendang dan saling membunuh?
Terlebih acara yang ditontonnya berdurasi satu jam atau bahkan lebih. Tentu hal ini menandakan situasi yang tidak baik-baik saja untuk seorang anak.
Anak-anak sangat rentan terhadap aneka pengaruh negatif dari media karena mereka belum mampu sepenuhnya membedakan antara fantasi dan realita. Sebagian besar dari tontonan yang mengandung unsur kekerasan dalam film atau video game mempunyai dampak yang cukup berbahaya terhadap jiwa anak.
Riset menyimpulkan bahwa kekerasan dalam adegan TV berefek pada psikologis anak dalam berbagai bentuk :
- Perilaku agresif yang menjurus pada kekerasan
Anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam permainan game dan film dalam waktu yang lama cenderung menunjukkan perilaku agresif dalam tingkat yang lebih tinggi. Anak rentan melakukan hal yang bisa menyakiti atau melukai teman dan orang-orang disekitarnya.
Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mudah marah, cenderung tidak patuh, mudah membantah dan memukul teman-temannya.
- Sikap permisif terhadap kekerasan
Banyak sekali kita temui anak yang menonton adegan kekerasan kemudian bereaksi "Wow,lihatlah darah muncrat dari kepalanya, wow!". Ternyata, kekerasan adegan TV mampu menciptakan kesan bahwa tindakan kekerasan dan permusuhan itu adalah hal yang biasa dan bisa diterima.
Jika hal ini terjadi, maka anak akan kehilangan rasa empati terhadap penderitaan orang lain. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tak peduli dan tidak berusaha mencegah tindakan kekerasan. Mereka akan lamban bereaksi terhadap penderitaan orang lain.
- Aktivitas meniru