Lihat ke Halaman Asli

Asya

Pelajar

Hari Terakhir

Diperbarui: 17 Oktober 2023   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Hujan gerimis membasahi jalan yang kutempuh. Di bawah payung hitam aku berjalan menuju rumahmu. Aku sudah di sini tepat dihadapanmu. Air mata mengalir deras disamarkan oleh hujan yang semakin deras. Kuharap dikau tenang disana. Apa kabar mu Sya?

Zasya Izumi, ia adalah sahabat kecilku. Seperti namanya Zasya Izumi seorang sahabat yang kebaikannya bak air mancur yang tak pernah berhenti. Zasya lebih tinggi pada ku, rambut nya pendek bergelombang, berkulit sawo matang, mata yang berbinar dan sangat periang. Ia termasuk pelajar yang sangat aktif karna ia sering mengikuti lomba kesenian.

Hari ini tepat 4 tahun setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat ku benar - benar jatuh dalam keterpurukan dan penyeselan.  

Pagi ini, aku diantar oleh supir kantor ayahku. Sesampainya di sekolah, aku orang pertama yang tiba di kelas. Memang rumah ku cukup jauh dari sekolah karnanya, aku harus pergi lebih awal agar tidak telat.

''Pagiiii, Zena!'' Sapa Zasya dengan melambaikan tangan yang kebetulan ia datang lebih awal pagi ini.

''Pagi juga Sya, tumben datang lebih awal hari ini?  Biasanya kamu kena hukuman tiap pagi karna telat'' Jawabku pada Zasya dengan nada sindiran.

Sambil mengeluarkan kotak bekal yang di dalamnya berisi dua potog roti tuna bakar Zasya menjawab ''Aku belum sarapan pagi ini. Hari ini Syaa, aku bakal nyeleseiin lukisan ku yang itu loh. Nah rencananya aku bakal meletakan lukisanku di pameran minggu ini. ''

''Bagus deh kalo gitu, sukses ya buat pameran nya'' Sahutku pada Zasya yang fokus pada makanannya.

Bel berbunyi pertanda jam pelajaran segera di mulai. Terdengar sorakan dari luar kelas. Ia Chiko Oleander, sang juara bertahan yang terkenal akan keangkuhannya.

''Alzena Gardenia!" Soraknya dari depan pintu kelas. Semua mata kini tertuju padanya. "katanya kamu bakal mengikuti lomba bergensi itu ya? Cih, orang sepertimu tak pantas mengikutinya. Apalagi kamu hanya seorang pecundang rambut kuda. Otak mu pasti tak jauh beda dari sekor kuda. Saran ku mending kamu mundur deh, biar aku aja yang mengganti kan mu. Sayang sekali sekolah salah dalam memilih perwakilannya.'' Ucap nya padaku di depan kelas sambil berjalan menuju singgasananya.

''Chiko, lebih baik kamu menutup mulutmu. Ngak ada gunanya kamu merendahkan Zena sedangkan kamu ngak kepilih untuk mengikuti lomba.'' Sahut Zasya sambil menoleh ke arah kursi Chiko.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline