Penting bagi setiap orang tua untuk mengetahui bahwa Pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya akan berpengaruh pada kehidupan anak.Dimana sepanjang tahun 2021 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat telah terjadi 14.517 kasus kekerasan terhadap anak.Kekerasan terhadap anak dapat terjadi karena banyak faktor,salah satunya adalah karena salahnya pola asuh orang tua terhadap anaknya.
Orang tua tentunya menginginkan kebaikan pada anak,dimana orang tua merasa setiap pilihan dan perbuatan yang dilakukan adalah yang terbaik untuk anaknya.Namun tanpa disadari pilihan tersebut ternyata mengarahkan orang tua pada pola asuh yang salah dan menyebabkan kekerasan terhadap anak.Kekerasan pada anak tidak hanya berupa kekerasan fisik namun juga dapat terjadi melalui kekerasan secara psikis.
Pada Umumnya banyak orang tua yang belum mengetahui kekerasan psikis ini, dimana karena dampaknya yang tidak terlihat secara langsung membuat orang tua tidak sadar bahwa mereka telah melakukan kekerasan tidak langsung terhadap anaknya.Sehingga karena hal tersebut orang tua tetap berpengang teguh pada pola asuh nya dimana ternyata tidak sesuai dengan anaknya.
Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter berpikir bahwa dengan aturan-aturan ketat terhadap anak akan membuat anak menjadi anak yang patuh pada aturan namun tanpa disadari oleh orang tua ternyata diluar pemantauannya ternyata anak nya melakukan hal-hal yang melanggar aturan secara diam-diam.Sehingga dalam hal ini perlunya orang tua mengingat kembali bahwa kebabasan dan juga pemenuhan hak anak harus diperhatikan,agar anak tidak terkekang dengan aturan yang ketat dari orang tua dan ternyata melanggar aturan diluar pemantauan orang tua.
Pada orang tua yang menggunakan pola asuh permissif dimana orang tua memberikan kebebasan penuh dan tanpa batasan ataupun pemantauan,dimana orang tua berpikir dengan pola asuh tersebut anak dapat menjadi lebih baik karena hak-hak nya tidak dibatasi namun tanpa disadari kebebesan tersebut membuat anak lupa untuk mematuhi aturan-aturan yang ada.
Selanjutnya orang tua memilih pola asuh demokrasi dimana orang tua selalu melibatkan anak dan menghargai anak dalam menentukan pilihan ataupun kebijakan dalam keluarga.Sehingga dalam hal ini orang tua dapat mengetahui keluh kesah anak dan dapat dijadikan masukan dalam berbuat.Sehingga orang tua tidak melupakan hak anak dan dapat menentukan pilihan dengan berdiskusi terlebih dahulu dengan anak.
Dari pola asuh diatas tentunya akan memiliki dampak yang berbeda-beda pada anak sehingga orang tua harus menyadari dampak-dampak yang akan terjadi jika salah dalam memilih pola asuh.Dalam hal ini orang tua harus memperhatikan bagaimana sikap anak dan memperhatikan hak anak.Dimana boleh membuat aturan-aturan pada anak namun tentunya harus memperhatikan sikap anak dan tidak melupakan kebebasan serta pemenuhan hak anak.Hal ini dilakukan agar anak nantinya dapat sesuai dengan harapan orang tua dan anak tidak terbebani.Sehingga dalam hal ini untuk pola asuh yang tepat komunikasi antara anak dan orang tua juga harus terjalin dengan baik agar pola asuh yang digunakan dapat menuju pada tujuan yang baik yang diinginkan bersama.
Lebih baik jika orang tua dalam pola asuh nya menanamkan nilai-nilai agama pada anak.Hal ini dilakukan agar dampak dari kesalahan pola asuh dapat diminimalisir dan juga dapat menimalisir terjadi nya kekerasan pada anak yang disebabkan oleh kesalahan pola asuh orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H