Lihat ke Halaman Asli

Siti Aisyah

Citizen for developmen

Peringatan Milad GAM, Langkah Merefleksikan 15 Tahun Perdamaian

Diperbarui: 6 Desember 2019   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ist

Dalam rangka memperingati Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ke 43 tahun, Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Meulaboh melakukannya dengan doa bersama, zikir, memberikan satunan anak yatim dan makan bersama.

Sedikitnya, ada 200 orang lebih yang memadati kantor KPA yang beralamat di Jalan Imam Bonjol, Desa Seneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, untuk meramaikan Hari Ulang Tahun (HUT) itu. Rabu 4 Desember 2019

Juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) wilayah Meulaboh, Yussan mengakatan perayaan milad tersebut diartikan sebagai bentuk kewajiban bagi para eks Kombatan GAM yang tergabung dalam KPA maupun tidak sebagai moment untuk mempererat tali silaturahmi dan merenungkan perjuangan dimasa lampau , sekaligus sebagai  acuan merefleksikan 15 tahun berlalu perdamaian yang kini belum bisa memenuhi buti butir MoU Helsiky.

"Salah satunya menyangkut bendera, sebenaranya bendera itu sudah disahkan oleh DPR Aceh, hanya saja pemerintah pusat saat ini belum memberi keputusan, soal pengibaran itu tidak menyangkut dengan KPA, itukan hak bangsa Aceh, hak rakyat Aceh," kata juru bicara KPA, Yussan usai kegiatan, 4 Desember 2019

Ia menambahkan, pihaknya juga tidak menghimbau untuk menaikan bendera Bintag bulan tersebut, tidak pula untuk menurunkan. Pihaknya juga meminta kepada pemerintah untuk memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatakan bersama antara Pemerintah RI dengan GAM.

"Itu harapan kami, pemerintah harus segera menunyaskan butir butir kesepakatan yang ada dalam MoU," pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Panglima KPA Ofa Mua Nadi berpendapat, walaupun sudah belasan tahu perdamaian berlangsung perdamaian antara Aceh dan NKRI, tetapi bagi Dirinya tidak ada yang namanya mantan GAM. Baginya mereka masih disebut GAM, hanya saja bentuk perjuangan yang dilakukan kini melalui pena, bukan lagi dengan kontak senjata.

"Kalau ditanya kami siapa, kami tetap GAM, kami hanya dialihkan dari tentara ke KPA, GAM itu tidak ada mantan, tetap GAM sampai kapanpun, sekarang berjuang melalui pena, kalau tidak ada GAM sama siapa pemerintah akan berdialog," ujarnya.

Plt. Ketua Partai Aceh (PA) Aceh Barat itu menaruh harapan besar kepada para legislator yang berasal dari GAM untuk membawa perubahan dan membenah Aceh untuk  ke arah yang lebih baik. "Yang soal pembenahan kita sudah serahkan kepada mereka yang mewakili partai di dewan, karena tujuan mereka (GAM) dikirimkan ke dewan itulah untuk membawa perubahan agar rakyat sejahtera," Ungkap Nadi.

Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Bupati, Banta Puteh Syam, Ketua DPRK Aceh Barat, Samsi Barmi, Kapolres Aceh Barat, AKBP Raden Bobby Aria Prakasa, Ketua KPA Samsul Bahri, Ofa Mua Nadi selaku Plt. Ketua PA. Mantan Ketua KPA, Jauhari, Ketua PNA, Tata Irfan, Sekjen Gerindra Aceh Barat, Mukhlis, beberapa anggota DPRK, Anggota KPA, santri dari Pesantren Abu Usman dan anak Yatim berjumlah 20 orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline