Lihat ke Halaman Asli

Aisyah SekarWidya

Mahasiswa Ilmu Gizi-Universitas Muhammadiyah Surakarta

Indonesia Menjadi Peringkat 2 Food Waste Terbesar di Dunia

Diperbarui: 24 Desember 2023   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam kehidupan sehari-hari makanan sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup manusia. Namun, makanan yang masih tersisa pada akhirnya akan dibuang begitu saja lalu berakhir menjadi sampah makanan. Fenomena ini disebut dengan “food waste” atau sampah makanan. Food waste atau sampah makanan merupakan makanan yang tersisa di piring kita setelah makan. Food waste bisa memiliki arti hilangnya pangan yang disebabkan dari perilaku konsumen, sehingga pangan yang sebenarnya masih bisa untuk dikonsumsi akan tetapi malah terbuang misalnya pada distributor sayuran dan buah-buahan. Food waste juga dapat juga didefinisikan sebagai makanan yang sudah kadaluarsa.

Food waste sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia. FAO (Food and Agriculture Organitation) menyatakan bahwa satu per tiga produksi makanan di dunia berjumlah sekitar 1,3 miliar ton merupakan food waste. Indonesia menjadi peringkat ke-2 penghasil food waste terbanyak di dunia. Menurut data dari Bappenas menyatakan selama 20 tahun terakhir, makanan layak  konsumsi  yang  terbuang  di  Indonesia  mencapai 23-48  ton  per  tahun.  Angka  ini setara  dengan  porsi  makanan  untuk  61-125  juta  orang  atau  sebanyak  29-47%  dari populasi di Indonesia. Maka dari itu Indonesia masih berada pada peringkat ketiga tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2021. Perlu diketahui bahwa setiap individu di Indonesia membuang sampah makanan sekitar 0,5 kg setiap harinya. Seiring pertumbuhan penduduk yang pesat, timbunan sampah makanan makin hari makin meningkat yaitu menjadi sekitar 65 kg/tahun.

Faktor Penyebab Food Waste

Terdapat beberapa faktor yang menjadi latar belakang mengapa sampah makanan terus meningkat setiap saat, salah satunya dari kebiasaan masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat hanya ingin memasak dari bahan yang bagus lalu mereka akan membuang bahan pangan yang terlihat buruk atau sudah tidak layak untuk dikonsumsi, tanpa mereka berfikir jika bahan pangan tersebut diolah dengan baik maka bisa bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Selain itu, kebiasaan makan dengan porsi melebihi kualitas lambung, makan dengan situasi tergesa-gesa, serta gaya hidup atau rasa gengsi seperti tidak menghabiskan makanan saat berada didepan umum atau orang banyak dapat menimbulkan banyaknya food waste yang terdapat dilingkungan rumah tangga. Pada akhirnya menjadi tumpukan sampah makanan yang berada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).  

Dampak Food Waste

Perlu kita sadari bahwa dampak dari food waste sendiri dapat menjadi ancaman terhadap lingkungan maupun ketahanan pangan. Sampah makanan yang terlalu lama menumpuk di TPA mampu memberikan dampak buruk karena dapat menghasilkan gas metana atau gas rumah kaca yang bisa menyebabkan pemanasan global. Kejadian tersebut dapat membuat kerusakan lapisan ozon di atmosfer dan berdampak pada perubahan suhu di bumi, serta dapat menimbulkan kebakaran pada TPA. Selain itu ketahanan pangan akan mengalami krisis dikarenakan terlalu banyak makanan yang dibuang sia-sia, padahal masih bisa dimanfaatkan apabila masih layak untuk diolah atau dikonsumsi.

Cara Mencegah

Di Indonesia, kesadaran untuk melakukan pengelolaan sampah masih terbilang sangat rendah, masyarakat menganggap bahwa keberadaan sampah-sampah makanan tersebut adalah hal yang lumrah. Adapun usaha atau cara yang dapat kita lakukan bersama untuk menurunkan tingginya angka sampah makanan, yaitu dengan membeli makanan dalam jumlah sesuai kebutuhan saja, sebab hal tersebut dapat mengurangi makanan yang terbuang. Selain itu penting sekali untuk melihat masa simpan makanan yang akan kita beli. Sampah makanan yang tersisa dapat kita manfaatkan menjadi kompos daripada dibuang dengan sia-sia. Kompos yang berasal dari sisa makanan lebih mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan cacing tanah. Pengelolaan sisa makanan dengan cara pengomposan dapat menghasilkan pupuk organik yang ramah bagi lingkungan. Apabila gerakan cegah sampah makanan dapat meningkatkan kesadaran semua masyarakat Indonesia, maka kita juga yang akan menciptakan dunia yang lebih berkesinambungan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline