Lihat ke Halaman Asli

Menelusuri Makna Kebahagiaan dan Kerinduan: Perbandingan Cerpen 'Bahagia' dan 'Jarak'

Diperbarui: 18 Desember 2024   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen karya Tri Utari yang berjudul "Bahagia" merupakan salah satu karya sastra  yang ditulis pada tanggal 2 Oktober 2024.   Dengan gaya bahasa yang sederhana, Tri Utari mampu mengangkat permasalahan mendalam tentang kehidupan dalam rumah tangga, apalagi dalam kondisi sepasang suami istri yang belum memiliki anak. Cerpen ini memberikan refleksi tajam bagi pembaca mengenai pandangan masyarakat terhadap cerita ini. 

Dalam karyanya, menceritakan tentang permasalahan dalam rumah tangga akibat sepasang suami istri tersebut belum memiliki anak. tokoh perempuan bernama Marasli sedangkan suaminya tidak desebutkan secara spesifik. Marasli dan suaminya menikah karena perjodohan dan tidak didasari oleh cinta, itu terjadi karena Marasli dikenal sebagai gadis cantik di kalangan masyarakat tersebut sementara suaminya cucu dari juragan yang kaya raya. Ibu Marasli mengira jika putrinya menikah dengan cucu juragan kaya tersebut ia bisa membeli apapun yang ia mau, namun kenyataannya tidak seperti itu. Setelah 3 tahun mereka menikah, Marasli dan suaminya masih tidak memiliki keturunan hal itu membuat orang tua suaminya tidak terima dan meminta suami Marasli untuk menikah lagi. 

Marasli diminta untuk memilih cincin di suatu tokoh emas, Marasli mengira bahwa cincin itu untuk dirinya namun kata mertuanya, "ini untuk lamaran suami mu". Tentu saja Marasli terkejut dengan fakta tersebut, untung saja ia memilih cincin yang lumayan murah. Nah, malam harinya suami Marasli datang menghampirinya berkata seolah-olah dia tidak ingin memadu Marasli bahkan suaminya memiliki rencana untuk membatalkan pernikahan tersebut. Rencananya, suaminya meminta agar Marasli memohon kepada kedua orang tuanya untuk membatalkan pernikahan tersebut, jika rencana pertama gagal maka suaminya lah yang akan memohon kepada kedua mertua Marasli untuk tidak dinikahkan karena dia dan Marasli saling mencintai. Namun tetap saja kedua rencana tersebut gagal, mereka berdua terus melaksanakan kedua rencana itu namun tetap gagal. 

Marasli mengira bahwa suaminya benar mencintainya dan tidak ingin membuat Marasli merasakan bagaimana rasanya dimadu. Namun kenyataannya Marasli mendapatkan fakta bahwa suaminya takut jika simpanannya tau bahwa ia menikah lagi dan si madu juga tau kalau suaminya tidak bisa melayaninya dengan baik. 

Ceritanya sangat membuat penasaran, bagaimana kelanjutan hubungan rumah tangga Marasli dengan suaminya. Berdasarkan teori Fenimisme sastra yang bertujuan untuk memahami, menganalisis, dan mengubah ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan yang dialami perempuan. 

Menurut Najmah dan Khatimah Sai'dah dalam bukunya yang berjudul Revisi Politik Perempuan (2003:34) menyebutkan bahwa fenimisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan yang terjadi di dalam keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat serta adanya tingkatan sadar akan laki-laki maupun perempuan untuk mengubah keadaan tersebut secara leksikal. 

Ketidakadilan terhadap perempuan sudah menjadi hal yang lumrah terjadi di masyarakat, apalagi dengan kondisi seperti itu. Dengan penulisan cerpen Tri Utari tersebut, ia mampu menyampaikan cerita dengan tokoh dan perannya dengan baik. Adapun satu cerpen yang menarik untuk dibandingkan dengan cerpen karya Tri Utari yaitu cerpen yang berjudul "Jarak" karya Gus TF Sakai.

Cerpen "Jarak" karya Gus TF Sakai dan "Bahagia" karya Tri Utari sama-sama menghadirkan tema tentang keterasingan dan perjuangan tokoh perempuan dalam menghadapi tekanan sosial. Meski memiliki beberapa kesamaan, keduanya menggambarkan pendekatan yang berbeda dalam menyampaikan konflik dan pesan cerita.  

Pada cerpen "Jarak", Gus TF Sakai menggambarkan konflik batin seorang remaja bernama Anggi yang merasa terasing dari keluarganya. Ia merenungkan jarak emosional antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya, termasuk anak-anak jalanan yang diamatinya di jalan raya. Cerita ini penuh dengan refleksi puitis dan metafora, seperti deskripsi tentang trotoar dan panasnya jalanan yang menggambarkan ketegangan batin Anggi. Konflik yang dihadirkan lebih bersifat internal, mencerminkan pencarian identitas di tengah ekspektasi keluarga yang membatasi kebebasannya.  

Sedangkan cerpen "Bahagia" mengangkat kisah Marasli, seorang istri yang menghadapi realitas pahit pernikahan tanpa cinta. Kehidupannya, yang dipenuhi harapan kosong akan kemewahan, berubah menjadi perjuangan melawan tekanan mertua dan suami yang tidak bertanggung jawab. Konflik di cerita ini lebih konkret dan menyentuh isu sosial yang sering terjadi, seperti patriarki dan stereotip perempuan sebagai pemberi keturunan. Gaya bahasa dalam cerpen ini lugas dan sarkastis, menciptakan nada cerita yang realistis dan ironis.  

Perbedaan lainnya terletak pada latar sosial dan penyampaian cerita. "Jarak" berfokus pada refleksi individu di ruang sosial yang luas, sedangkan "Bahagia"menyoroti problem rumah tangga dalam lingkungan tradisional. Meski begitu, keduanya menghadirkan amanat serupa, bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari memenuhi ekspektasi orang lain, melainkan melalui pemahaman diri dan keberanian menghadapi realitas.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline