Lihat ke Halaman Asli

Aisyah Safitri Hayati

Teacher, Instructor, Asesor and Writer

Surga di Wajah Anak-Anakku

Diperbarui: 14 Februari 2023   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar dari  Siswa Animasi dan DKV SMKN 31 Jakarta

Surga di Wajah Anak-anaku

Oleh: Aisyah Asafid Abdullah

Tiga tahun telah berlalu, masa-masa sulit ditelan habis dan pada akhirnya menemui hari ini. Setelah berpisah dengan isteri terdahulunya, Hafis memutuskan menikahi gadis usia dua puluh empat tahun. Ia mempunyai alasan kenapa ia menikahi gadis yg usianya jauh dari dia dua belas tahun.

Kesepakatan Hafis dengan isteri terdahulunya, Rany. Pada setiap bulan di minggu pertama ia akan menemui Kayla dan Dimas, kedua anaknya. Tapi minggu ini Hafis mengajak isteri barunya, Laila. Ternyata diluar dugaan Hafis, kedua anaknya tidak bisa menerima Laila dengan baik.

Ketika Laila membawa hadiah dua buah boneka beruang untuk Kayla dan Dimas.

"Saya tidak suka hadiah darimu!" Kayla sambil melempar boneka beruang berwarna pink  pemberian Laila. Lalu Laila menarik boneka beruang berwarna biru milik Dimas dan kembali ia lempar. Dimas masih belum mengerti apa-apa, karena usianya masih lima tahun.

"Tidak apa-apa sayang kalau kalian tidak suka."Laila tersenyum sambil mengusap Kayla dan mencium Dimas. Laila mengambil hadiah di pelataran, lalu ia membisikan suaminya dan pergi.

Harapan Laila, semoga dengan awal perkenalan ini kedua anak dari suaminya itu lebih cepat dewasa dan memahami kondisinya seperti apa. Meskipun mereka bukan darah dagingnya, tapi dari awal ia menerima pinangan Hafis karena menyanyangi kedua anak dari suaminya itu. Dalam diam ia bersikap bijak dan memasang senyum saat meninggalkan Kayla dan Dimas. Karena hakikatnya mereka adalah anak yang tidak mengerti apa-apa, pikir Laila.

Melihat apa yang telah terjadi pada anak dan isteri tercintanya Hafis tak bisa menyimpan kesedihannya, air matanya tumpah. Ia tak bisa membendung air matanya.  Ia tak bisa menyisihakan lara di hati kedua buah hatinya itu.

"Maafkan abi ya nak!" Hafis sambil memeluk kedua anaknya. Hafis ayah berwajah oriental itu memeluk kedua anaknya, dan mengantarkan pulang tanpa ditemanin Laila.

Air mata bukan pemilik tunggal perempuan. Jadi jangan heran ketika engkau melihat lelaki menitihkan air mata. Karena tidak adil, jika lelaki tak boleh menangis. Rasa yang telah dirasakan Hafis begitu perih meringkih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline