Jakarta Biennale 2024 lebih dari sekedar pameran seni rupa. Acara ini merupakan momen refleksi dan perayaan 50 tahun seni rupa kontemporer Indonesia. Mengusung motto "Lumbung", biennale ini mengedepankan pembagian sumber daya dan kekuatan kolektif sejalan dengan semangat gotong royong Indonesia.
Yang menarik dari Biennale tahun ini adalah pendekatannya yang melibatkan kolektif seni lokal dan internasional. Bukan sekadar ruang pameran, namun juga ruang kolaboratif yang menstimulasi dialog antarbudaya dan interdisipliner. Salah satu program andalan kami, 'Topografi Kota Cermin', menunjukkan bagaimana seni dapat menyatukan kota-kota di Asia Tenggara dalam visi bersama tentang ruang kota yang layak huni.
Pendekatan "lumbung" yang diterapkan juga merupakan kritik terhadap paradigma tradisional dalam pengelolaan budaya. Dengan memberdayakan kelompok lokal, Jakarta Biennale menciptakan model-model baru yang lebih demokratis dan partisipatif, membuktikan bahwa kekuatan seni dapat menjadi alat perubahan sosial.
Namun tantangan yang dihadapi tidaklah kecil. Biennale tahun ini tidak mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hal ini menunjukkan bahwa apresiasi terhadap seni masih sering diabaikan di tataran politik. Meski demikian, pihak penyelenggara berhasil menyelenggarakan program-program inovatif seperti residensi "Lab Indonesiana: Baku Konek", yang menunjukkan bahwa kesenian lokal memiliki potensi yang sama besarnya dengan residensi internasional yang terbukti tersembunyi.
Jakarta Biennale 2024 mencerminkan bagaimana seni dapat menjadi alat integrasi, tidak hanya di Indonesia tetapi di kancah dunia.
Inovasi, kolaborasi, dan keberanian melibatkan masyarakat menjadi kunci suksesnya acara ini. Acara ini tidak hanya menampilkan keindahan, namun juga merangsang pemikiran dan menciptakan dampak sosial.
Kami berharap semangat ini dapat menginspirasi kota-kota lain untuk menjadikan seni sebagai bagian penting dalam kehidupan perkotaan.
Secara keseluruhan, Jakarta Biennale 2024 tidak hanya merefleksikan 50 tahun seni rupa kontemporer, namun juga merayakan semangat kolaborasi, inovasi, dan berbagi. Terlepas dari segala keterbatasannya, acara ini mampu menghadirkan program transformatif yang menunjukkan bahwa seni adalah alat yang ampuh untuk membangun dialog dan solidaritas. Kami berharap suksesnya acara ini dapat menjadi inspirasi bagi seluruh pihak yang terlibat untuk terus mendukung perkembangan seni. Merayakan seni tidak hanya sebagai ekspresi estetika, tetapi juga sebagai jembatan menuju perubahan budaya dan sosial.
Aisyah Riska Eka Putri Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H