Secara ideal, amal, produk, dan program yang jumlahnya banyak berkualitas pada saat bersamaan. Akan tetapi, dalam banyak kondisi, pilihan yang terjadi tidak selalu ideal. Pilihan yang ada adalah program dan produk yang berkualitas, tetapi jumlahnya terbatas atau program dan produk dengan jumlah besar, tetapi kualitas terbatas atau tanpa kualitas sama sekali. Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul adalah manakah yang lebih prioritas untuk dilakukan dan menjadi kebijakan?
Doktor Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan bagaimana pandangan Islam mengenai hal tersebut. Dia melansir bahwa: walaupun jumlahnya sedikit, setiap produk, amal, dan karya yang berkualitas lebih utama dan lebih diprioritaskan daripada sekadar amal yang berjumlah besar, tetapi lemah secara kualitas.
Walaupun jumlahnya sedikit, kebaikan yang berkualitas lebih diprioritaskan daripada kebaikan yang banyak, tetapi tanpa kualitas
Dalil Al-Qur'an:
Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. (Q.S Hud:116)
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S Al-Mulk:2)
Sirah tentang perkataan Umar bin Khaththab r.a
Umar bin Khaththab mengutus Amr bi Ash untuk menaklukkan Mesir dengan membawa 4.000 tentara saja. Kemudian, Amr bin Ash meminta tambahan personel tentara. Selanjutnya, Umar bin Khaththab mengirim 4.000 tentara bersama 4 orang komandan. Umar bin Khaththab berkata, Setiap seorang komandan tambahan Ini membawahi serbu tentara dan aku menilai jumlah mereka adalah 12.000 tentara. 12.000 (tentara) tidak akan dikalahkan karena jumlahnya yang sedikit
Ayat-ayat dan sirah tersebut menegaskan bahwa sekadar kuantitas dan jumlah yang besar tidak cukup menjadi produk ideal dan standar keberhasilan, bahkan menjadi tercela jika berkuantitas banyak, tetapi merugikan pihak lain. Sebaliknya, jumlah sedikit, tetapi berkualitas itu lebih baik jika terdiri dari orang-orang shalih dan pilihan.
Ayat ayat dan sirah tersebut menjadi dalil standar kualitas sebelum kuantitas. Oleh karena itu, jika ada dua pilihan di antara produk yang berkualitas, tetapi berjumlah terbatas atau produk berjumlah besar dan tanpa kualitas, pilihan yang diambil adalah produk berkualitas walaupun dengan jumlah terbatas.
Contoh: