Lihat ke Halaman Asli

Aisyah Rayyi

Universitas Negeri Semarang

Ketimpangan Akses Pendidikan: Ketika Biaya Kuliah yang Tinggi Menghalangi Impian

Diperbarui: 6 Agustus 2024   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telkom University

Semarang --- Aisyah Rayyi Wihandoko, Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Eem Munawaroh. Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Rossi Galih Kesuma. Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Saat ini, biaya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) semakin melonjak. Apalagi disaat penerimaan mahasiswa baru, banyak kasus-kasus mahasiswa yang mendapat UKT dengan nominal yang sangat besar dan hampir tidak masuk akal. Seperti baru-baru ini, uang pangkal Universitas Indonesia (UI) yang mencapai Rp 161 juta untuk mahasiswa sarjana dan vokasi jalur seleksi mandiri Pendidikan Kedokteran. Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang akhirnya berhenti kuliah karena tidak sanggup untuk membayarnya. Hal ini kemudian menjadi banyak perbincangan, apakah hanya orang kaya saja yang boleh berkuliah?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya harga UKT, seperti biaya operasional perguruan tinggi dan kurangnya subsidi pemerintah. Perguruan tinggi memerlukan biaya operasional yang besar untuk mempertahankan kualitas pendidikan, fasilitas, dan sumber daya manusia. 

Meskipun mendapat subsidi dari pemerintah, banyak perguruan tinggi yang masih merasa kurang dan mengkompensasinya dengan menaikkan UKT. Seperti yang kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena belum meratanya perekonomian di Indonesia. 

Angka kemiskinan semakin tinggi, dan yang terjadi saat ini adalah biaya pendidikan yang malah semakin mahal. Hal ini dapat membuat kesenjangan sosial semakin buruk. Yang kaya dapat berkuliah dan menjadi orang sukses, sedangkan yang tidak mampu tidak dapat berkuliah dan akan tertinggal dalam kesengsaraan.

Pandangan Teori Kepribadian Behavioristik

Masalah ini jika dipandang dalam teori kepribadian yaitu teori behavioristik, dapat dilihat sebagai faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku individu, khususnya dalam hal pendidikan dan motivasi belajar. Teori behavioristik berfokus pada bagaimana lingkungan dan pengalaman belajar membentuk perilaku, tanpa terlalu memperhatikan faktor internal atau kognitif. Behaviorisme menekankan pentingnya reinforcement (penguatan) dalam membentuk perilaku. 

Dalam konteks biaya kuliah, mahalnya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dapat dilihat sebagai stimulus aversif yang menurunkan motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Tingginya biaya kuliah dapat menimbulkan perasaan cemas, stres, dan ketidakberdayaan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan siswa mengalihkan perhatian mereka dari pendidikan ke upaya mencari alternatif lain yang lebih terjangkau. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline