Lihat ke Halaman Asli

Lima Hari di Negeri Jiran

Diperbarui: 11 Januari 2024   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Pergi ke luar negeri adalah impian banyak orang, baik untuk bekerja,menempuh pendidikan atau sekedar liburan.Tapi tak pernah terfikir bahwa saya akan menjadi salah satunya, yang memiliki pengalaman ke luar negeri ,padahal negeri ini belum sepenuhnya saya jelajahi.Beberapa tahun silam tepatnya di bulan September 2018, saya pernah diutus sebagai perwakilan sekolah (MTs) pergi ke luar negeri untuk studi banding. 

Setelah mempersiapkan barang-barang dan passport ,saya dan teman-teman utusan dari sekolah lain berangkat bersama-sama dari BIM menuju bandara Malaysia dengan pesawat Air Asia. Kaki saya tergopoh ketika takut tertinggal di keramaian karena saya baru pertama kali ke bandara sekaligus pertama kali naik pesawat. Hawa yang begitu dingin bercampur keringat membuat tubuh saya gemetar ketika pesawat akan lepas landas dari landasan pacunya. Ketakutan akan ketinggian membuat saya memejamkan mata saat pesawat mulai naik.

Rasanya sangat luar biasa seperti bukan hanya pesawat yang naik tetapi roh ditubuh saya seperti terangkat! Perlahan saya mulai tenang dan diam menikmati perjalanan menuju negeri Jiran. 

Dahulu saya hanya menonton film Upin dan Ipin yang berasal dari Malaysia ,namun saat itu juga saya merasa bangga karena bisa menginjakkan kaki di negara asal film favorit hampir semua kalangan itu. ekitar satu jam lebih kaki saya sudah menginjak negara yang berbeda.

Setibanya di sana saya,teman-teman dan para pembimbing studi banding dipandu oleh seorang pakcik yang akan membawa kami berjalan-jalan sekaligus belajar tentang negeri tetangga. Menggunakan tiga bus besar dan panjang kami terbagi menjadi beberapa shift ,dan saya mendapat shift bus kedua. Mula-mula kami dibawa ke sebuah masjid besar yang dikenal dengan sebutan Masjid Putrajaya. Masjid yang juga disebut dengan Masjid Besi ini memiliki total luas area total 73.795 m2 dan mampu menampung hingga 34.000 jamaah. Di sana kami beristirahat, dilanjutkan beribadah lalu makan siang di sebuah restoran tak jauh dari masjid besi itu. Makanan yang dihidangkan sangat mengguggah selera seperti nasi campur,gulai kari ,dan aneka masakan ikan. Meskipun kelihatannya mahal ,kami tidak perlu memikirkan biaya lagi karena tentunya sudah dibiayai pemerintah.

Pemandangan jalanan raya di sana sangat berbeda dengan Indonesia,meskipun saya belum banyak mengunjungi daerah-daerah Indonesia. Di sana jalan-jalan dipenuhi oleh kendaraan yang umumnya mobil dan bus-bus besar. Ditepi jalanan banyak berdiri bangunan-bangunan kokoh sebagai tempat tinggal mereka. Meski tak tampak seperti rumah ,mereka menjadikan apartemen sebagai tempat tinggal dan ada juga beberapa rumah susun bertingkat. Hampir tidak ada rumah biasa yang saya lihat di sana layaknya rumah-rumah di Indonesia,yang saya lihat hanyalah bangunan-bangunan megah tapi hawanya cukup panas.

Saat matahari sudah mulai menyingsing dengan teriknya yang membakar keringat. Pakcik membawa kami ke sebuah bangunan yang tak asing bagi orang-orang. Bangunan ini seperti yang saya lihat di film atau hanya gambar saja. Tetapi saat itu juga dengan mata saya sendiri secara langsung menyaksikan dua bangunan menjulang tinggi seperti Monas di hadapan saya. Dua buah menara kembar atau yang lebih dikenal Menara Petronas itu terhubung dengan sebuah jembatan. Saya kira menara kembar itu seperti Monas hanya bangunan menara tetapi Menara Petronas itu ternyata bangunan bersejarah yang di dalamnya terdapat banyak lantai. Saya sangat terkesima dengan desain yang sangat simpel tetapi juga sangat detail ini bisa menipu mata ketika melihatnya dari jauh,ternyata memiliki banyak ruang seperti sebuah kantor. Teman satu tim saya mengatakan mungkin orang-orang di dalamnya sedang bekerja di dalam gedung itu. Saya hanya tersenyum mendengarnya,karena bangunan ini benar-benar sebuah perusahaan bukan sekedar menara.

Ketika sudah hampir senja,pakcik membawa kami dengan busnya diiringi lagu ceria dan bercengkok khas Malaysia menuju sebuah pabrik coklat. Ini adalah hal yang unik ,karena saya membayangkan bahwa pabrik itu tempat pembuatan coklat atau tempat produksinya. Sesampainya di sana saya melihat sebuah bangunan seperti toko. 

Setelah masuk ke dalam bangunan itu barulah saya sadar bahwa ini adalah toko coklat. Pabrik ternyata adalah sebutan untuk toko di Malaysia bukan seperti pabrik seperti di Indonesia. Banyak macam-macam coklat dengan berbagai warna ,rasa dan nama. Kami diperbolehkan mencicipi sampel coklat-coklat di toko itu. Ada rasa almond,tiramisu,susu, strawberry dan pastinya rasa coklat asli. Setelah puas mencicipi beberapa rasa ,saya memesan tiga buah coklat ada yang dibungkus seperti permen,dan ada yang dibungkus dengan kotak dengan gambar menara Petronas di luarnya. Setelah membayar kamipun keluar dari pabrik coklat itu dan kembali ke bus.Perjalanan kami dilanjutkan ke sebuah hotel yang cukup bagus dan megah.Kamar yang dihiasi oleh interior berwarna putih dan di isi dua single bad. Karena perjalanan seharian yang cukup melelahkan,saya bersama dua teman sekamar saya memutuskan untuk beristirahat.

Hari kedua agenda studi berikutnya dilanjutkan mengunjungi sebuah sekolah menengah di Malaysia. Di sana sekolahnya bukan hanya dua tingkat seperti yang ada di Indonesia melainkan sampai enam tingkat. Berbeda dengan negara Indonesia,sekolah di sini menggabungkan tingkat SMP dan SMA menjadi 5 tahun sehingga hanya ada sebutan sekolah menengah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline