Kertas tak bisa lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Bahan ini pertama kali ditemukan oleh Ts'ai Lun dari Cina dan dibuat dari kulit batang pohon murbei. Kulit batang mengandung serat yang disebut selulosa, dari serat ini lah pulp kertas dibuat dan dicetak menjadi lembara kertas yang kita gunakan.
Penggunaan kertas hingga saat ini masih tinggi, sehingga kebutuhan kayu sebagi bahan baku terus meningkat. Hal tersebut berdampak pada tingginya ekstraksi kayu di hutan atau pembukaan hutan alami sebagai lahan budidaya kayu-kayu kertas. Jika terus menerus berlangsung lebih jauh akan berdampak pada hilangnya biodiversitas, kerusakan alam, dan berkurangnya suplai oksigen.
Buruknya dampak industri kertas dari kayu ini menjadi latar belakang inovasi yang dilakukan oleh warga dusun Puhrejo-Ngancar, Kabupaten Kediri. Warga di bawah dampingan tim dosen Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri penerima hibah Program Kemitraan Masyarakat dari Kemenristekdikti membuat kertas dari limbah daun nanas yang ada di sekitar mereka.
Ngancar adalah daerah yang tidak asing bagi wisatawan Gunung Kelud. Daerah ini dikenal baik sebagai tempat mencari nanas madu, nanas yang manis dengan harga sangat terjangkau. Sumberdaya nanas yang tinggi ditopang oleh luasnya perkebunan nanas. Perkebunan nanas menghasilkan limbah daun nanas yang besar jumlahnya dan belum ada solusi untuk memanfaatkan limbah ini. Warga hanya memanfaatkan limbah daun nanas sebagai campuran pakan ternak. Padahal, daun nanas memiliki potensi serat yang baik, panjang, kuat, dan halus. Serat daun nanas mengandung 69,5-71,5% selulosa sehingga sangat potensial digunakan sebagai bahan baku kertas.
Kamis (09/05/2019) sebanyak 25 orang warga dusun Puhrejo-Ngancar perwakilan dari kelompok tani, PKK, karang taruna, serta RT setempat dilatih untuk membuat kertas dari daun nanas. Pelatihan ini diberikan oleh tim PKM IIK Bhakti Wiyata yang diketuai Reny Rosalina dengan narasumber Riska Suryaningrum, kandidat peneliti Puslit Biomaterial LIPI. Teknik pembuatan kertas yang diterapkan sangat sederhana dan ramah lingkungan, "Harapannya dapat dengan mudah diadopsi dan diteruskan oleh warga Puhrejo" ujar Reny. Reny menambahkan "Jika pelatihan ini berhasil, warga dapat menjual produk kertas ke luar dusun dan menjadi tambahan income, sudah banyak pasar yang menanti produk ramah lingkungan seperti ini."
Riska Suryaningrum menyampaikan kepada warga bahwa tahapan yang perlu dilakukan dalam membuat kertas dari bahan limbah daun antara lain pencacahan, pemasakan daun hingga menjadi bubur pulp, pemutihan, dan terakhir pencetakan. Warga Puhrejo sangat antusias mengikuti pelatihan dan berharap kertas yang dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai alat tulis, kemasan, dan kerajinan bernilai seni.
Kertas daun nanas ini memiliki banyak keunggulan diantaranya ramah lingkungan, kekuatan baik, pengerutan kertas saat kering rendah, ketahanan lipat tinggi, dan memiliki indeks tarik yang tinggi pula. Produksi kertas daun nanas di Puhrejo masih terus berlanjut hingga saat ini. Bagi pembaca yang tertarik melihat atau membeli kertas ini dapat langsung mendatangi rumah kepala dusun Puhrejo, desa Ngancar-Kabupaten Kediri sembari menimmati indahnya pemandangan Gunung Kelud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H