Lihat ke Halaman Asli

AISYAH QOTHRUN NADA

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Merawat Tradisi Maulid Nabi Melalui Kearifan Lokal Kelurahan Patemon

Diperbarui: 20 November 2021   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel Opini

Tradisi maulid Nabi di Indonesia bukanlah hal asing bila dilakukan karena tradisi Maulid Nabi sendiri merupakan kegaiatan rutinan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dengan tujuan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa cinta umat kepada sang Nabi. Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan umat Islam sejak dulu.

Sejarah Maulid Nabi

Sejarah Maulid Nabi, menurut Imam al-Suyuthi seperti dikutip mui.or.id, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati Maulid Nabi SAW atau hari kelahiran Rasulullah SAW dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. -- w.630 H.) Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid. Intinya menghimpun semangat juang dengan membacakan syi'ir dan karya sastra yang menceritakan kisah kelahiran Rasulullah SAW.

Di antaranya yang paling terkenal adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan riwayat kelahiran Nabi saw. dalam bentuk natsar (prosa) dan nazham (puisi). Saking populernya, sehingga karya seni Barzanji ini hingga sekarang masih sering kita dengar dibacakan dalam seremoni peringatan maulid Nabi SAW Sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Sejarah mencatat, tanggal 12 Rabiul Awal mempunyai pesan yang sarat dengan makna. Selain dilahirkan pada tanggal tersebut, nabi Muhammad juga hijrah dari Mekah ke Madinah pada tanggal yang sama, begitupun wafat beliau, yakni tanggal yang sama pula. Sebuah tanggal yang tidak kebetulan, melainkan mempunyai pesan mendalam. Beliau juga sebagai sosok yang diutus untuk membawa petunjuk sebagai penyempurna sepanjang zaman. Risalah Nabi Muhammad SAW adalah abadi, sehingga beliau diutus sebagai suatu puncak kesempurnaan dengan membawa petunjuk yang akan senantiasa mekar dan bersinar sepanjang zaman.

Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi'ir dan sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah. Namun kemudian ada muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini sebagai media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren. Bahkan sebagian organisasi Islam telah mencoba memanfaatkan momentum itu tidak sebatas seremoni dan haflah belaka, tetapi juga untuk melakukan amal-amal kebajikan seperti bakti sosial, santunan kepada anak yatim dan fakir miskin, pameran produk halal, pentas seni dan kegiatan lain yang lebih menyentuh persoalan masyarakat.

Tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada hari Selasa, tanggal 19 Oktober 2021. Namun, pemerintah menggeser hari libur Maulid Nabi SAW 2021 menjadi Rabu, 20 Oktober 2021 demi mencegah terjadinya klaster Covid-19. Tujuan memeringati Maulid Nabi SAW adalah dalam rangka menampakkan kegembiran atas kelahiran manusia agung pembawa rahmat alam semesta.

Tidak sedikit acara memperingati Mauld Nabi dalam sejarahnya juga menjadi salah satu media penyebaran agama Islam di Indonesia. Di Indonesia sendiri, umat Islam merayakan Maulid Nabi dengan berbagai cara. Ragam perayaan itu pada umumnya didasarkan pada kebiasaan dan adat istiadat daerah setempat khususnya masyarakat Kelurahan Patemon Gunungpati Kota Semarang.

Tradisi Maulid Nabi di Kelurahan Patemon

Di kelurahan Patemon sendiri masyarakat menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan mulai melakukan kegiatan yang disebut berjanjeatau dzibaan bersama-sama sejak tanggal 1 Rabiul Awal samapi tanggal 12 Rabiul Awal. Masyarakat melakukan kegiatan dzibaan ini ada berbagai waktu yang dilakukan seperti dilakukan setelah habis sholat ashar, sholat maghrib, ada juga yang melakukan setelah sholat isya'. Biasanya masyarakat melakukan dzibaan di masjid atau di musholla setempat. Ada juga masyarakat yang membawa makanan ringan atau berat untuk dihidangkan saat maulid Nabi selesai dilakukan. Hal itu dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Patemon dengan menghidangkan makanan dimulai sejak tanggal 1 Rabiul Awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline