Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung lama, mengutip dari CNBC Indonesia "Konflik ini telah terjadi lebih dari 100 tahun, tepatnya 2 November 1917. Pada saat itu Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, menulis surat yang ditunjukkan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris. Surat tersebut hanya 67 kata, tetapi isinya memberikan dampak terhadap Palestina yang masih terasa hingga saat ini". menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi warga sipil khususnya di Gaza, serangan-serangan yang dilakukan oleh Israel sering kali dianggap sebagai bentuk genosida oleh banyak negara di Dunia.
Perang Agama?
Konflik Palestina-Israel sering kali dianggap sebagai permasalahan antar suku dan Agama, hal ini dikarenakan mayoritas muslim pada penduduk Gaza dan Yahudi pada Israel. Namun, perlu kita ketahui bahwa ini bukanlah sekedar masalah Agama. Mengutip laporan Modern Diplomacy, ini sebaliknya, berakar dari sejarah politik yang melibatkan kedua negara. Selama berabad-abad wilayah Palestina dihuni oleh mayoritas orang Arab, Yahudi dan Kristen. Saat itu Palestina di bawah Kesultanan Ottoman. Namun, benih konflik masa kini muncul ketika Theodor Herzl, seorang Yahudi Austro-Hungaria, mendirikan gerakan Zionist.
Gerakan itu bertujuan untuk membangun negara Yahudi di Palestina yang bebas dari Antisemitisme. "Apa yang tadinya hanya sekedar gagasan menjadi sebuah kemungkinan ketika Kesultanan Utsmaniyah tumbang sehingga menyebabkan Palestina jatuh ke tangan Inggris.
Peran dan Tanggapan PBB
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) merupakan organisasi Internasional yang menaungi 193 Negara termasuk Indonesia dan sudah menjadi tugas PBB untuk menjaga perdamaian dunia termasuk konflik Palestina-Israel yang masih menjadi perhatian dunia hingga saat ini. Dalam rapat terbaru PBB sebanyak 143 negara mendukung Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB dan telah berulang kali menjari solusi damai bagi konflik Palestina-Israel. Sekretaris Jendral PBB Antonio Gutteres telah menyerukan gencatan senjata dan sidang darurat untuk menengahi konflik ini namun selalu gagal karena Amerika Serikat di mana salah satu Negara adikuasa yang memiliki hak veto terhadap PBB sering kali menggunakan hak tersebut untuk menolak resolusi yang menguntungkan Palestina. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat yang merupakan sekutu dari Israel dan menyebabkan banyak resolusi perdamaian gagal diterapkan.
Dunia sendiri mengecam atas tindakan Amerika Serikat dan Israel yang melakukan tindakan genosida terhadap Palestina, banyak negara-negara yang marah namun tidak dapat membantah hak veto yang terus-menerus dikeluarkan Amerika Serikat untuk menolak resolusi perdamaian Palestina-Israel. Beberapa negara tersebut hanya dapat memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk yang menjadi korban atas aksi zionisme Israel dan juga menyuarakannya melalui media sosial.
Serangan Israel di Rafah
Baru-baru ini serangan yang dilakukan Israel ke Rafah mendapatkan kecaman keras oleh dunia dengan adanya hashtag All Eyes On Rafah, hal ini karena Israel yang melancarkan serangan pada kamp pengungsi di Rafah hingga menewaskan puluhan warga sipil (26/5). Banyak negara yang geram pasalnya Amerika Serikat, melalui juru bicara Kriby, menganggap serangan ini tidak melewati batas dan "Israel membela diri dengan menyatakan bahwa serangan tersebut adalah kesalahan" kata Kriby (The Guardian).