Lihat ke Halaman Asli

Aisyah nurul aini

Mahasiswa 23107030016 UIN SUNAN KALIJAGA

Menguak Kecurangan Pemilu 2024, Film "Dirty Vote" Meledak Hingga 4 Juta Viewers Setelah Sehari Rilis

Diperbarui: 12 Februari 2024   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Screenshot thumbnail youtube Film'Dirty Vote'

"DIRTY VOTE", Merupakan film dokumenter yang tayang perdana di channel youtube 'PSHK Indonesia' pada minggu (11/02/2024) pukul 11.00 WIB. Film ini rupanya telah berhasil menarik simpatisan di mata publik. Dengan tujuan mengedukasi masyarakat terkait hukum yang cacat di indonesia. Film Dirty Vote berhasil meledak hingga tembus 4 juta penonton setelah satu hari rilis. 

Dibintangi oleh tiga pakar hukum ahli tata negara. Mereka adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Ketiga ahli ini telah mengungkap berbagai instrumen kekuasaan yang digunakan untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi negara kita indonesia. Semua dipaparkan dengan data-data valid yang disajikan secara jelas dan gamblang serta mengupas seluruh kubu paslon dari 01 (Anies-Muhaimin), 02 (Prabowo-Gibran), 03 (Ganjar-Mahfud) di pemilu 2024 ini tanpa terkecuali.

Ahli hukum, Bivitri Susanti menyatakan bahwa dirinya ingin terlibat dalam film ini karena akan banyak orang yang  makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa sehingga pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja.

Selain itu Feri Amsari mengungkapkan bahwa film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya pemilu kita dan bagaimana politisi telah mempermainkan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka. Kita sebagai warga indonesia yang baik sudah sepatutnya tidak boleh tinggal diam dengan dalih kelancaran pemilu.

"Semua rencana ini tidak didesain dalam semalam juga tidak didesain sendirian, Sebagian besar rencana kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif untuk mengakali pemilu ini sebenarnya disusun bersama dengan pihak-pihak lain. Mereka adalah kekuatan yang selama 10 tahun terakhir berkuasa bersama", Ucap Feri Amsari.

Zainal Arifin Mochtar menambahkan bahwa, "Persaingan politik dan perebutan kekuasaan, desain kecurangan yang sudah disusun bareng-bareng ini akhirnya jatuh ke tangan satu pihak, yakni pihak yang sedang memegang kunci kekuasaan dimana ia dapat menggerakkan aparatur dan anggaran kenegaraan", ucapnya.

Diakhir video ini Bivitri Susanti juga turut menyatakan bahwa, "Menyusun dan menjalankan skenario kotor ini tak perlu kecerdasan atau kepintaran yang diperukan cuma 2, mental culas dan tahan malu", ucapnya.

Tak selesai sampai disini, ternyata TKN Prabowo-Gibran rupanya mulai angkat bicara pada jumpa pers di Media Center Prabowo-Gibran, Habiburokhman menyatakan bahwa, "Sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif, dan sangat tidak ilmiah," ucapnya, Jakarta, Minggu (11/2)

Film ini disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono dengan rumah produksi WatchDoc yang sebelumnya juga pernah merilis film-film pada momentum pemilu. Pada tahun 2014 , WatchDoc sempat meluncurkan film Yang ketu7uh yang tayang pada 25 september 2014. Film yang ketu7uh menceritakan tentang para pemilih dalam proses Pemilu 2014 yang disebut-sebut paling fenomenal karena seolah-olah telah membelah kesatuan masyarakat menjadi dua kubu. 

"Film 'Yang Ketu7uh' bukan karya partisan dan tidak dibiayai salah satu kubu calon presiden. Ini film tentang rakyat yang memiliki hak pilih dan menaruh harapan pada calon presiden yang ketujuh, siapapun yang akhirnya menang," imbuh ko-sutradara, Hellena Souisa. 

Lalu saat menjelang Pilkada DKI Jakarta mereka juga meluncurkan film Jakarta Unfair yang dibatalkan tayang di XXI Taman Ismail Marzuki, Jakarta.  Film Jakarta Unfair yang berdurasi 52 menit itu berisi tentang kehidupan pasca-penggusuran warga Jakarta oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline