Lihat ke Halaman Asli

Aisyah Nur

S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga

Dampak Negatif menjadi People Pleaser di Kalangan Mahasiswa

Diperbarui: 22 Mei 2023   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

People Pleaser menjadi julukan yang kerap digunakan masyarakat untuk melabeli seseorang yang tidak bisa menolak permintaan dan selalu meng “iya” kan pendapat orang lain dengan alasan tidak ingin menyakiti hati orang lain, meski bertentangan dengan apa yang sebenarnya diinginkan tetap akan dilakukan agar dapat menyenangkan hati orang lain. 

People Pleaser bisa muncul dalam pribadi seseorang karena di masa lalunya orang-orang di sekitarnya selalu mengesampingkan kebutuhan dan kepentingan nya lalu dipaksa untuk sependapat atau menuruti permintaan orang lain dengan ancaman jika seseorang itu tidak melakukannya maka orang itu akan dikucilkan, itu membuat seseorang punya ketakutan untuk ditinggalkan dan diabaikan hasilnya seseorang tersebut tumbuh menjadi orang yang selalu menyenangkan hati orang lain, apapun akan dilakukan agar orang tersebut tidak merasa sendirian dan tidak dikucilkan.

People Pleaser merasa kebahagian orang lain merupakan tanggung jawab dari dirinya hal ini mengakibatkan seseorang tersebut kehilangan jati diri nya dan lupa untuk memprioritaskan atau menyenangkan dirinya sendiri. 

Secara tidak sadar itu merupakan bukti kurangnya kepercayaan diri dan rendahnya self esteem pada diri membuat seseorang itu takut untuk berdiri sendiri dan orang lain bisa merasakan jika seseorang itu adalah people pleaser sehingga mereka bisa memanfaatkan dan bersikap seenaknya terhadap people pleaser.

Di dalam dunia perkuliahan atau dalam kalangan mahasiswa pasti kita pernah menjumpai sosok people pleaser ini, bahkan mungkin diri kita sendiri adalah sosok people pleaser itu. 

Ciri-ciri people pleaser adalah selalu berusaha menyempatkan waktu untuk menghadiri undangan untuk misalnya saja webinar atau rapat padahal sedang sibuk atau mungkin sedang lelah, selalu bersedia membantu teman teman nya walaupun diluar batas kemampuannya, takut menjadi beban dalam kelompok sehingga menawarkan diri untuk menyelesaikan semua tugas, selalu meminta maaf atas kesalahan yang sebenarnya tidak dilakukan, selalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan sehingga tidak bisa menjadi diri sendiri, selalu berusaha memprioritaskan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri, selalu memastikan orang lain menyukai dirinya, sungkan atau tidak enak meminta bantuan saat diri sendiri sedang kesulitan dengan alasan tidak mau menyusahkan orang lain, menggagalkan diri sendiri melakukan apa yang diinginkan jika hal tersebut dianggap berpotensi mengecewakan orang lain, sulit mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. 

Salah satu contoh kasus People Pleaser berdasarkan pengalaman penulis adalah saat mendapat undangan untuk menghadiri musyawarah mahasiswa, penyelenggara meminta 25 orang per angkatan untuk hadir karena masih kekurangan peserta ketua kelas meminta penulis untuk datang padahal hari itu adalah hari Sabtu yang merupakan hari libur waktu untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga, terpaksa penulis meng “iya” kan ajakan itu dengan alasan tidak enak menolak ajakan ketua kelas dan tidak enak dengan penyelenggara musyawarah mahasiswa yang mana itu adalah kakak tingkat dari penulis.

Ternyata menjadi people pleaser memiliki dampak negatif bagi kesehatan mental bagi mahasiswa antara lain:

1. Gangguan Kecemasan dan Stres   “Tugas” dan tanggung jawab menyenangkan orang lain menjadi beban buat orang dengan kondisi ini. Apalagi yang harus dia senangi tidak hanya satu orang, melainkan banyak orang.Belum lagi, jika orang-orang tersebut menuntut kesenangan berbeda yang bisa jadi kontradiksi dengan yang lainnya. Sebagai orang dengan kondisi ini, pastinya akan kebingungan, ia harus memilih kemauan siapa yang hendak dituruti. Nah ini yang bisa banget seseorang cenderung mengalami kecemasan dan stres.

2. Kehilangan Kemauan untuk Maju Buat Diri Sendiri. Saat seseorang mencurahkan semua energi dan sumber daya mental untuk memastikan bahwa orang lain bahagia, ini bukanlah hal yang bermanfaat. Setiap manusia pasti butuh aktualisasi diri. Jadi, ketika orang tersebut tidak punya waktu untuk mengaktualisasikan diri, dia akan merasa kosong dan hampa, serta kehilangan semangat untuk maju dan berkembang.

3. Kehilangan Kekhasan Diri. Orang dengan kondisi ini cenderung menyembunyikan kebutuhan dan preferensinya sendiri, karena dia lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Ini bisa membuat seseorang kehilangan kekhasan dirinya dan tidak menjalani hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline