Lihat ke Halaman Asli

Aisyah Nasution

Penulis Skenario / Salman Film Academy

Pelita dalam Dunia Dian

Diperbarui: 5 Maret 2024   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dian Syarief dalam suatu kegiatan. (Dok. republika.co.id)

Tiga judul buku dipajang dengan elok di sudut kantor Syamsi Dhuha Foundation (SDF), di daerah Dago, Bandung. "Miracle of Love", "Sunrise Serenade", dan "Belajar Bahagia" adalah karya-karya yang menandai pemaknaan hidup Dian Syarief terhadap apa yang telah dilaluinya. 

Perempuan kelahiran  1965 itu telah lama dikenal sebagai penyintas Lupus (Odapus) dan Low Vision. Dian yang pernah menjadi corporate communication manager di sebuah bank swasta, sejak tahun 2004 mengabdikan hidupnya untuk membantu sesama Odapus dan penyandang Low Vision melalui SDF. Ada banyak kepingan mozaik dalam hidup Dian yang memperjalankannya sampai ke titik itu.

Dalam sebuah bab buku "Belajar Bahagia" -- yang merupakan karya kolaborasi Dian dengan suaminya, Eko P. Pratomo -- Dian menyebutkan sebuah buku berjudul "Tati Tak Kan Putus Asa" karya Luwarsih Pringgoadisurjo. Cerita dalam buku itu sendiri adalah tentang seorang anak yang berjuang untuk memperbaiki nilai rapornya agar dapat naik kelas. 

Pada bab berjudul "Inspirasi Masa Kecil" itu Dian menuliskan, "Siapa nyana inspirasi masa kecilku itu merasuk ke dalam jiwa saat harus hadapi ujian kehidupan. Sikap yang terbentuk pun tak mudah patah, tak mudah menyerah. Aku pun terobsesi untuk bisa naik kelas, menjadi aku yang lebih baik dari kemarin."

Di sebuah wawancara Dian bercerita lebih jauh tentang masa kecilnya. Dian mengaku memiliki masa kecil yang bahagia. Kedua orangtuanya, alm Prof. Dr. dr. Rudy Syarief dan dr. Oemmy R. Syarief, memiliki konsep pengasuhan sendiri. Dian dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan mempunyai bekal agama yang kuat. 

Bapak Dian yang berprofesi sebagai dokter juga gigih membekali anak-anaknya dengan literasi. Dian mengisahkan bapaknya pernah mengajaknya dan kedua saudaranya ikut ke tempat praktik. Demi membujuk anak-anaknya, bapaknya berjanji membelikan buku sesuai dengan keinginan mereka sepulang dari tempat praktik.

Bapak Dian juga membuatkan perpustakaan di dalam rumah. Dalam perpustakaannya itu beliau mengisi dengan buku-buku dengan sentuhan spiritual. Diantaranya adalah seri buku karya Ajip Rosidi dan buku-buku terbitan Pustaka Jaya lainnya. Sampai saat ini buku-buku itu tetap hidup di benak Dian. Bahkan segmen dalam beberapa novel yang berkesan masih dapat Dian imajinasikan.

Di dalam novel "Sunrise Serenade" detik-detik saat Dian mulai kehilangan penglihatan dikisahkan dengan mengharukan. Penglihatan Dian mulai kabur saat dirinya bertugas membacakan saritilawah pada akad nikah adiknya. Dian bersyukur bahwa tulisan terakhir yang dapat dibacanya adalah ayat suci Al-Qur'an. 

Meskipun sudah tak bisa membaca kitab suci, Dian tetap menghidupkan Al-Qur'an dalam dirinya. Seperti ketika Dian akan menghadapi operasi, Dian menguatkan batinnya dengan berzikir atau menyebut arti dari surat Al-Fatihah.

Literasi yang dimiliki Dian menjelma menjadi pelita dalam batin Dian. Meskipun sisa penglihatan Dian hanya tinggal sepuluh persen dan tak mungkin bisa membaca, namun apa yang telah dipelajarinya dan dibacanya menjadi bekal untuk mengarungi kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline