Lihat ke Halaman Asli

aisyahilyania

Mahasiswa

Fatherless Country: Mengapa Banyak Anak Indonesia Hidup Tanpa Sosok Ayah?

Diperbarui: 12 Desember 2024   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia kini dinyatakan sebagai negara ketiga dengan jumlah anak yang hidup tanpa sosok ayah terbanyak di dunia, hal menunjukkan bahwa banyak anak Indonesia tidak merasakan kehadiran ayah dalam kehidupan mereka. Fenomena ini, dikenal sebagai fatherless, mencerminkan kondisi di mana anak-anak tumbuh tanpa kehadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional.

Wardah Roudhotina, S.Psi, M.Psi, seorang psikolog dari Bara Duta Karangasem, menjelaskan bahwa fenomena fatherless juga dikenal dengan istilah father hunger. Istilah ini merujuk pada kondisi di mana peran figur ayah dalam pengasuhan anak sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali, baik secara fisik maupun psikologis. Menurutnya, ketidakhadiran sosok ayah dapat berdampak signifikan pada perkembangan anak, baik dari segi emosional maupun sosial.

Fatherless dan Perasaan Kehilangan Arah

Belakangan ini, fenomena fatherless menjadi headline yang cukup menarik perhatian. Banyak dari kita ternyata juga merasakan kehilangan figur ayah yang berdampak pada perkembangan emosional dan sosial. Fatherless sendiri terjadi karena berbagai alasan, seperti perselingkuhan, perceraian, kesibukan pekerjaan, budaya patriarki, masalah sosial dan ekonomi, bahkan kematian.

Beberapa dari kita yang tidak mendapatkan kehadiran sosok ayah dalam hidup merasa bahwa sering kali kehilangan arah. Kehilangan ini dapat membuat kita merasa bingung tentang identitas diri, tujuan hidup, dan cara berinteraksi dengan orang lain. Tanpa bimbingan dan dukungan dari sosok ayah, banyak anak merasa terombang-ambing dalam perjalanan hidup mereka.

Lantas, apa pentingnya peran ayah?

Kehadiran dari sosok ayah ini banyak diharapkan oleh sebagian dari kita. Figurnya yang tidak kita rasakan seharusnya menjadi cinta yang pertama bagi anak perempuannya, menjadi sosok pelindung, dan selalu ada untuk memberi contoh dan arahan bagi anaknya. Namun, peran itu hilang karena berbagai faktor yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam kehidupan keluarga.

Pentingnya peran ayah dalam kehidupan anak sangatlah besar. Tanpa adanya peran ayah, anak-anak sering kali mengalami dampak negatif dalam perkembangan emosional, sosial, dan kognitif mereka. Kehadiran ayah bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga melibatkan dukungan emosional dan bimbingan yang sangat diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak.

Kesibukan pekerjaan dan budaya patriarki menjadi alasan kurangnya keikutsertaan ayah dalam pengasuhan keluarga. Banyak ayah yang terjebak dalam rutinitas kerja yang padat sehingga mengabaikan tanggung jawab pengasuhan. Budaya patriarki juga berkontribusi pada pandangan bahwa peran ayah hanya terbatas pada penyedia nafkah, sementara pengasuhan sepenuhnya menjadi tanggung jawab ibu.

Permasalahan sosial dan ekonomi juga menjadi hal yang signifikan bagi perkembangan anak. Ketidakstabilan finansial dapat membuat ayah merasa tertekan dan tidak mampu memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak mereka. Dalam situasi sulit ini, anak-anak sering kali merasa terabaikan dan kehilangan arah dalam hidup mereka.

Perselingkuhan dan perceraian menjadi salah satu masalah serius yang menyangkut fatherless dan hilangnya peran ayah atau bahkan kehilangan seluruh peran orang tua. Perselingkuhan dapat menghancurkan kepercayaan antara pasangan, sementara perceraian sering kali meninggalkan luka emosional yang mendalam pada anak. Trauma akibat perceraian dapat mengubah cara pandang anak terhadap hubungan di masa depan, menjadikan mereka skeptis tentang komitmen dan cinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline