Lihat ke Halaman Asli

Semut Semut Batu Bara

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat senja mulai memeluk raga, hening santapan jiwa
Ri
ndu bercengkerama, buang lelah seharian kerja
Kangen bercengkerama seperti dulu kala
Saat senja memeluk jiwa, kala pintu tak lagi terbuka
Oh… membuat k
u bertanya

Deru roda berpacu, berputar laju bak raksasa
Merayap dan menghimpit bak ular naga
Jalan sempit yang ada makin rusak dibuatnya
Debupun melayang berebut dalam lubang nafas manusia
Tinggalkan bekas luka tanya, siapa kan ditanya

Wahai semut semut batu bara, kau terpaku acuh bak penguasa
Namun roda terus berputar seperti tak merasa
Tinggalkan debu, terhempas tutupi apa saja
Bersatu dalam hisapan nafas manusia
Berbaur lumat
Lama lama tak berasa

Oh… hidup di atas gumulan batu bara
Rasa kangen berleha leha, apa masih ada
Tinggal ilusi semata
Saat merayap semut semut batu bara
Mengeruk alam menumpuk asa
Dalam aroma sesak congkaknya debu batu bara
Oh… membuat ku bertanya tanya

Lalu,
Muncul titik titik warga
Berdiri tegak pastikan dana
Uang Debu sebutan warga
Pasti ada yang kelola
Semakin mengundang tanya
Benar benar kuingin bertanya

Kita hanya warga, kita tahu apa, kita harus bagaimana
Kita hanya warga, tak tahu siapa kan ditanya, kita pasrah saja
Kita hanya warga, impikan segera sirna
Kembali ingin bertanya, membuat ku bertanya tanya
Oh… membuat ku bertanya tanya
Dan benar benar bertanya

Namun sayang
Tanyaku tak pernah bergema
Gaungpun bias di antara banyak suara

Pasrah dan menunggu nasib saja
Tunggu sampai muka penuh jelaga dan paru memjadi batu bata
Atau mati terkubur bencana

Aisy, 2012/07/06
Repost




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline