Lihat ke Halaman Asli

Aisyah

suka foto tidak suka difoto.

Urutan Lahir Jadi Penentu Emosi Anak Tengah?

Diperbarui: 23 November 2021   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kata " sebagai yang paling sabar, anak tengah seringkali diabaikan keberadaanya, selalu dituntut buat nurut sama kaka sekaligus jadi panutan yang baik buat adiknya, berusaha jadi penengah di keluarga, dipaksa jadi dewasa karena gaboleh ngeluh sama keadaan, dan tetap mandiri nyelesein masalahnya tanpa nambahin beban orang tua" juga dituliskan di dalam sertifikat tersebut sebagai bentuk apresiasi tim narasi untuk si anak tengah yang jarang diingat oleh keluarganya.

"Peluk hangat buat barisan anak tengah. Kalian hebat! Aku gak lupain kalian lho." tertulis di bagian caption postingan narasi.

https://www.instagram.com/p/CWc9YV-BvE6/?utm_source=ig_web_copy_link

Urutan lahir memang terlihat sebagai pembahasan yang tidak menarik jika diperhatikan secara sepintas, Namun perlu kalian ketahui, tingkatan emosi berdasarkan urutan lahir seseorang merupakan hal yang menarik untuk dibahas loh!

karena hal ini menunjukan bagaimana keluarga, orangtua dan lingkungan sekitar memperilakukan anak pertama, tengah, dan si bungsu.

Apakah sekitar sudah bersikap adil atau malah sebaliknya?

Karena hal itu lah yang akan membawa pengaruh buruk dalam memenuhi karakter, perilaku, bahkan emosi anak.

Ilmu konsep urutan kelahiran (Birth Order) menjelaskan bahwa seorang anak memaknai posisinya dalam keluarga dan penilaian diri yang kemudian menjadi acuan dalam hidup bermasyarakat. Dampak tersebut terasa di lingkungan sosial, tempat kerja, atau dalam bersosialisasi di masyarakat (Hadibroto dkk, 2002).

Alfred Adler, salah satu psikolog Neo-Freudian, telah menunjukkan bahwa urutan lahir keluarga memainkan peran penting dalam perkembangan anak di kemudian hari. Posisi urutan kelahiran dapat mempengaruhi anak dalam mencari identitas dan perhatian orang lain (Erlina, 2008).

Stereotipe masyarakat yang mengharuskan anak sulung bersifat kuat, tidak lemah karena dia pemimpin sekaligus contoh bagi adik-adiknya, anak tengah yang memerankan 2 peran sebagai adik sekaligus kaka, dan anak bungsu yang diasosiasikan sebagai anak yang belum dewasa dan manja. Penilaian yang tidak seimbang seperti itulah yang menjadikan anak-anak merasa tertekan dengan peran yang dilabelkan berdasarkan urutan lahir mereka.

Tidak sedikit anak tengah yang merasa diabaikan atau dicap sebagai anak yang aneh oleh keluarganya, karena sifatnya yang pemberontak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline