Lihat ke Halaman Asli

Aisyah Fahira Lubis

Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Perubahan Iklim: Ancaman Global dan Upaya Penanggulangannya

Diperbarui: 30 Juni 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://climate.nasa.gov

Perubahan Iklim: Ancaman Global dan Upaya Penanggulangannya

Pengertian Perubahan Iklim (Climate Change)

Perubahan iklim merupakan kondisi dimana atmosfer bumi yang meliputi suhu dan distribusi curah hujan mengalami perubahan kondisi fisik dan mampu berdampak secara luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh The Royal Society dan US National Academy of Science, dijelaskan sebuah gambaran jika permasalahan perubahan iklim ini sudah terjadi sejak di era 1900-an. Beberapa indikator yang menjadi perhatian terhadap adanya permasalahan perubahan iklim ini dapat dilihat pada peningkatan temperatur hingga 0,8 derajat (14 derajat Fahrenheit) yang diikuti dengan peningkatan suhu yang lebih hangat di lautan, pencairan es di kutub dalam jumlah yang cukup besar, dan terjadinya cuaca yang ekstrem.

Dalam istilah global, perubahan iklim mengacu pada wilayah bumi secara keseluruhan. Disebutkan bahwa perubahan iklim global akan terus terjadi dengan peningkatan aktivitas manusia yang menghasilkan emisi karbon, dan selanjutnya akan terjadi kenaikan temperatur global.

Sayangnya, emisi karbon terus dihasilkan dari sejumlah aktivitas manusia dalam jumlah yang tidak sedikit. Peneliti menduga jumlah CO2 dan gas-gas lain ini semakin hari semakin bertambah akibat emisi karbon yang dihasilkan manusia dari pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan.

Penyebab Perubahan Iklim (Climate Change)

Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kedua hal ini bukanlah fenomena baru sebab sudah terjadi selama puluhan ribu tahun dan terjadi secara alami karena perubahan posisi bumi. Namun, berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2013, dalam satu abad terakhir, terjadi percepatan pemanasan global akibat peningkatan produksi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil serta aktivitas manusia lainnya seperti perubahan dan alih fungsi lahan. 

Efek rumah kaca sendiri merupakan penyebab utama dari perubahan iklim. Gas rumah kaca merupakan gas yang terkandung di dalam atmosfer, dihasilkan dari aktivitas alam maupun manusia yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Ketika matahari memancarkan sinarnya ke bumi, tidak seluruh energi panasnya sampai ke permukaan bumi. Dari sebagian energi panas yang masuk, hanya sebagian yang diserap permukaan bumi, kemudian sisanya dipantulkan kembali. Namun, dari yang dipantulkan, tidak semuanya meninggalkan atmosfer karena tertahan oleh GRK yang berada di atmosfer. GRK menyerap dan menahan panas tersebut sehingga  peristiwa ini lah yang disebut sebagai Efek Rumah Kaca.

Keberadaan GRK dalam tingkat normal sejatinya baik karena kemampuannya dalam memerangkap panas matahari bisa menghangatkan bumi sehingga nyaman untuk dihuni. Tanpa GRK, suhu bumi bisa turun dan bahkan bisa lebih rendah di bawah -18. Tapi, jika GRK yang berada di atmosfer terlalu tinggi, maka panas yang diserap pun akan semakin besar dan bisa menyebabkan kenaikan suhu bumi melewati batas kewajaran.

Jenis-jenis gas rumah kaca terdiri dari:

  • Karbondioksida (CO2): Merupakan polutan yang berasal dari pembakaran batu bara atau bahan bakar fosil lain, termasuk untuk pembangkit listrik, mesin industri, dan kendaraan.
  • Metana (CH4): Diproduksi dari proses pembusukan sampah dan aktivitas manusia di sektor pertanian dan peternakan. Hewan-hewan ternak seperti sapi, babi, dan domba menghasilkan metana dari proses pencernaan yang mereka lakukan.
  • Nitrat Oksida (N2O): Merupakan emisi yang banyak berasal dari aktivitas pertanian, penggunaan lahan, industri, pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi limbah padat. Di sektor pertanian khususnya, kegiatan yang paling banyak menghasilkan nitrat oksida adalah penggunaan pupuk sintetis, pengelolaan pupuk kandang, dan pembakaran sampah pertanian.
  • Hidrofluorokarbon (HFCs), Perfluorokarbon (PFCs), dan Sulfur Heksafluorida (SF6).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline