Mahasiswa KKN-T IPB University melakukan sosialisasi dan demonstrasi pembuatan kompos berbahan dasar jerami dan kotoran hewan kepada masyarakat Desa Cijeruk.
Permasalahan pupuk di Indonesia hampir menjadi isu yang dibahas setiap tahunnya. Kelangkaan pupuk yang terjadi di musim tanam kerap kali terjadi dan menyebabkan harga pupuk yang relatif mahal. Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia juga sering menjadi permasalahan karena dapat menyebabkan menurunnya kualitas kesuburan tanah sekaligus pemicu terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, mahasiswa KKN-T IPB University mengajak Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk mencari alternatif selain pupuk kimia.
Desa Cijeruk merupakan salah satu desa di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor yang memiliki potensi pertanian cukup tinggi. Areal persawahan yang dimiliki oleh penduduk desa ini seluas 85 hektar dan masih dikelola secara perseorangan. Hal ini berbanding lurus dengan banyaknya limbah hasil pertanian padi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini membuat mahasiswa KKN-T IPB ingin mengajak warga memanfaatkan limbah padi tersebut untuk dijadikan kompos.
Program kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN-T IPB ini bernama "Ngakompos". Program ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada Kamis (6/07/2023) dan Sabtu (12/07/2023) bersama Kelompok Wanita Tani dan PKK Desa Cijeruk. Program ini disampaikan oleh Aisyah Nur'aeni (Mahasiswa Ilmu Ekonomi), Derajat Taruno Jati (Mahasiswa Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis), dan Habib Nur Alamsyah (Mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem), IPB University.
Proses pembuatan kompos ini menggunakan alat dan bahan yang cukup mudah ditemukan, seperti jerami, kotoran hewan (domba/kambing), EM4, molases, kapur dolomit, air, ember, trash bag, pisau, dan kayu pengaduk. Kegiatan ini mendapatkan antusiasme yang cukup tinggi dari warga setempat dengan berbagai pertanyaan yang ditujukan kepada mahasiswa terkait proses pembuatan, monitoring, dan pengaplikasian ke tanaman.
Peserta dalam kegiatan ini berharap dapat menjadikan pupuk kompos ini sebagai solusi dari mahalnya pupuk kimia sekaligus berkontribusi mengurangi pemanasan global dan pencemaran lingkungan akibat zat kimia pupuk. Program ini juga diharapkan dapat terus berlanjut dan semakin banyak diterapkan oleh warga untuk merawat tanaman mereka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H