Tiga bulan berlalu, aku melihat Ida bahagia menjalin relation ship dengan kang Wawan. Sebagai sahabat aku inkut bahagia karena aku jadi tidak pernah melihat mendung bergelayut di mata Ida ataupun air mata menetes. Setiap hari diantar dan pulangnya dijemput. Paling kalau kebetulan berpapasan kami hanya bersay hallo saja.
Pagi itu aku pun kuliah seperti biasa. Sebelum masuk kelas aku bercanda dengan teman-teman yang lain bahkan mereka juga sering mengolok-ngolok kalau aku ditinggal teman. Aku tertawa ngakak mendengar celotehan mereka seperti halnya tadi.
" De sekarang jarang ketemu sama Ida ya? Yuli memulai obrolan.
" Tadi kan ketemu Yul. " Aku menjawab sekenanya.
" Maksud Yuli tuh nggak kayak dulu, kemana-mana kan selalu bareng berlima." Yuli menambahkan.
" Duh Yuli, ini kan malah banyakan," Timpalku dengan memutarkan tangan ke seantera kami.
" Ih maksud Yuli tuh bareng- bareng main lagi de." Ujar Yuli nggak mau kalah.
" Masih kok, Ida sering ke rumah juga yang lain. " Ucapku lagi sambil melihat ke jalan barangkali saja dosennya sudaah datang. Tak berapa lama muncullah Ida diantar kang Wawan. Kami bersay hallo dan pas mau ngobrol ternyata dosennya sudah datang. Lalu kami masuk dan kuliah seperti biasanya.
" Kelompok siapa yang mau mulai presentasi duluan?" pak Ahmad memulai pembicaraan.
" Kelompok saya pak." Ujarku sambil mempersiapkan segala sesuatunya agar presentasi kelompok kami lancer.
Sesudah siap, kelompok kami maju ke depan dan mulai memaparkan materi yang dibahas yaitu tentangmodel pembelajaran inquiry. Dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab sampai akhirnya waktu habis dan dosennya menyampaikan bahwa waktu untuk kelompok kami selesai. Aku menutup diskusi dan membereskan alat-alatnya. Dilanjutkan dengan kelompok lainnya sampai waktu untuk 4 sks selesai