Sore itu di grup pengajian RT ibu- ibu rebut ngobrolin tentang persiapan idulkurban. Salah seorang diantaranya menawarkan lontong perlosin. Tanpa pada mikir panjang ibu-ibu pesan termasuk saya. Saya pesan setengah lusin. Dalam hati tersirat, cukuplah buat berempat.
Keesokan harinya, saya sibuk mempersiapkan idulkurban, mulai dari memasak sambal goreng buncis, sayur kare, dan rending daging. Sengaja tak membuat ketupat atau pun lontong karena dalam pikiran itu saya sudah memesan ke ibu Erna setengah lusin. Sore hari hidangan matang dan tinggal menunggu lontongnya. Sampai pagi lontong tak kunjung datang. Saya WA beliau untuk menanyakan lontong yang saya pesan dan jawabannya saya disuruh menunggu.
Keesokan harinya setelah solat Ied lontong belum datang dan saya telfon beliau. Dia bilang nanti bulan Agustus. Saya bertanya," Kok Agustus kan lebarannya hari ini? Dengan santai dia menjawab bahwa dia tidak menjual lontongyang melainkan cetakan lontongnya.
Saya langsung pulang dan saat ditanya sama anak-anak mana lontongnya? Saya menjawab yang dijual bude itu bukan lontongnya tetapi cetakan lontongnya. Dan anak-anak bengong. Saya langsung masak nasi karena anak-anak sudah lapar mau sarapan pagi. Duh!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H