Outlook UMKM 2025: Tantangan dan Peluang
Pada tahun 2025, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) diproyeksikan menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tengah perkembangan ekonomi nasional maupun global.
Dua faktor utama yang akan berpengaruh besar terhadap masa depan UMKM di Indonesia adalah penurunan daya beli kelas menengah dan meningkatnya rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) pada sektor ini.
Selain itu, peran Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), insentif fiskal, dan keuangan syariah, termasuk BPR Syariah, KSP Syariah, dan lembaga keuangan mikro syariah lainnya, diharapkan memainkan peran penting dalam mendukung pengembangan UMKM.
Insentif pajak yang diberikan tidak hanya bertujuan meringankan beban UMKM, tetapi juga secara agregat dapat meningkatkan pendapatan negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Artikel ini akan mengulas bagaimana isu-isu tersebut memengaruhi outlook UMKM di tahun 2025, serta langkah-langkah yang bisa diambil untuk menjaga keberlanjutan sektor UMKM dalam jangka panjang.
Penurunan Daya Beli Kelas Menengah: Dampak terhadap UMKM
Kelas menengah telah lama menjadi penggerak utama konsumsi domestik di Indonesia. Namun, tanda-tanda perlambatan daya beli kelas menengah semakin terlihat sejak beberapa tahun terakhir.
Menurut data yang dirilis pada tahun 2024, kelas menengah Indonesia mengalami tekanan akibat inflasi, stagnasi pendapatan, dan kenaikan biaya hidup yang signifikan. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga 2025, yang pada akhirnya menurunkan kemampuan belanja kelas menengah untuk produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM.
Salah satu dampak langsung dari penurunan daya beli kelas menengah adalah berkurangnya permintaan terhadap barang dan jasa yang disediakan oleh UMKM. Dengan sekitar 60% dari total konsumsi domestik berasal dari kelas menengah, penurunan daya beli kelompok ini akan berimplikasi signifikan terhadap pendapatan UMKM.