Lihat ke Halaman Asli

aisitihodijah257

Mahasiswa Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya

Merenungi Antara Anugrah dan Musibah

Diperbarui: 27 Desember 2024   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sahabat fillah..

Kenikmatan itu anugerah. Tapi berupa apa? Jika direnungi, kenikmatan itu bukan kasur yang empuk, tapi tidur yang nyenyak. Bukan rumah mewah, tapi kenyamanan hati di dalamnya. Bukan dapat uang lebih, tapi rasa syukur yang berkecukupan.

Maka lihat pula dari sisi yang sama kepada musibah. Musibah itu bukan kemiskinan, tapi hidup tanpa iman, bukan kehilang harta benda, tapi kehilangan kehormatan, bukan sedih dalam kesakitan, tapi bangga dalam kemaksiatan.

Dengan demikian anugerah itu tidak senantiasa di maknai berupa sesuatu yang nikmat, nyaman, mewah, dan indah.

Begitu pula musibah tidak senantiasa di maknai berupa sesuatu yang sedih, kekurangan, sakit, dan air mata.

Karena kasur yang empuk, makanan enak yang melimpah, kendaraan mewah yang nyaman, semua bisa menjadi sebuah musibah jika semua kenikmatan itu justru melalaikan kita dari Allah.

Dan sebaliknya, kesederhanaan, kekurangan, sakit, dan air mata, semua bisa menjadi sebuah anugerah jika semua yang kita alami dan rasakan justru semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Ibnu Hazim rahimahullah berkata,

.

"Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah." (Jaami'ul Ulum wal Hikam, 2: 82)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline