KONFLIK NUKLIR DI SEMENANJUNG KOREA TELAH MENGANCAM DUNIA
Tentunya bagi setiap negara, pertahanan keamanan negara tentu menjadi bagian penting yang wajib kita jaga dari adanya persaingan, tekanan, dan ancaman baik dalam internal maupun eksternal guna untuk mempertahankan dan menjaga kekuatan stabilitas globalnya dalam menjaga perdamaian dunia. Dari banyaknya kawasan di dunia, terdapat salah satu kawasan yang paling dinamis dan strategis baik itu secara ekonomi, politik maupun militernya yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kestabilan antara negara satu dengan negara lainnya, yaitu kawasan Asia Timur. Selain memiliki kekayaan yang berlimpah dan memiliki sejarah peradaban yang panjang, kawasan Asia Timur juga dikenal sebagai pusat ekonomi global yang memiliki hubungan kerjasama yang erat antara beberapa negara dalam perdagangan internasional dan juga teknologi yang tentunya menjadi peluang bagi negara negara sekitarnya untuk melakukan kerjasama guna memenuhi kepentingan nasionalnya. Namun dibalik letaknya negara yang sangat strategis, hal tersebut tentunya juga memiliki ketegangan geopolitik yang sangat signifikan terutama terkait dengan isu nuklir di wilayah Semenanjung Korea.
SEJARAH DAN MENGAPA PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA MENJADI SEBUAH ANCAMAN BAGI NEGARA - NEGARA SEKITARNYA
Semenanjung Korea terletak di Asia Timur yang berbatasan dengan Laut Kuning di barat, Laut Jepang (Laut Timur) di timur, dan Laut Cina Timur di selatan. Di utara, semenanjung ini berbatasan dengan daratan Tiongkok dan Rusia serta terdapat dua negara yang sangat berdekatan yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Dalam konteks konflik ancaman nuklir di Korea Utara, hal tersebut tidak semata - mata hanya menimbulkan ketegangan di wilayah Korea Utara saja, melainkan juga menjadi ancaman bagi seluruh negara - negara tetangga di luar kawasan yang berpotensi akan terdampak.
Adanya ketegangan di Semenanjung Korea berawal sejak Perang Korea (1950 - 1953) yang berakhir bukan melalui perjanjian damai, melainkan dengan gencatan senjata. Hal tersebut secara tidak langsung masih menandakan bahwa Korea Utara dan Korea Selatan ini sebenarnya masih dalam situasi perang dan kedua negara ini tentunya memiliki visi misi yang berbeda, cara pandang yang berbeda bahkan sistem politik yang sangat berbeda. Sehingga hal itulah menjadi faktor utama yang memicu ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan serta dapat menimbulkan efek besar pada stabilitas dan juga perdamaian dunia. Korea Utara yang berada di kepemimpinan dinasti Kim (Saat ini Kim Jong - Un) selalu konsisten menentang segala kebijakan internasional yang dianggap dapat mengancam kedaulatan negara mereka. Dalam hal penentangan itu, terdapat sebuah respons tekanan dari sebuah komunitas internasional salah satunya yaitu Amerika Serikat yang kemudian membuat Korea Utara semakin mengembangkan program senjata nuklir dan rudal balistik nya sebagai alat memperkuat pertahanan dan juga melindungi rezim mereka dari potensi adanya serangan dari negara lain. Setelah perang, Korea Utara merasa bahwa dirinya seperti terisolasi baik secara ekonomi maupun politik nya, selain mengembangkan program senjata nuklir sebagai upaya perlindungan dikala ketegangan yang semakin meningkat, akhirnya pada tahun 2006 Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertamanya. Kemudian disusul juga dengan beberapa uji coba lainnya yang telah membuat sebuah kemajuan yang sangat signifikan yaitu pengujian bom hidrogen pada September 2017 yang memiliki kekuatan 100 - 250 kiloton TNT yang jelas sangat jauh lebih besar dari uji coba nuklir yang pertama.
Melihat hal tersebut, Korea Selatan dan Jepang merupakan kedua negara yang kedudukannya sangat terancam oleh pengembangan senjata nuklir yang Korea Utara lakukan dikarenakan kedua negara tersebut berada dalam jangkauan rudal balistik Korea Utara dan juga serangan potensial yang dapat menghancurkan infrastruktur dan juga merenggut jutaan korban jiwa. Selain itu, ketegangan di Semenanjung Korea tentunya memicu perlombaan senjata di wilayah Asia Timur dan juga menimbulkan sebuah ancaman bagi negara - negara lainnya di kawasan Asia Timur. Dari ancaman ini tentunya membuat kedua negara tersebut meningkatkan kerja sama keamanan mereka dengan Amerika Serikat guna melindungi para sekutunya dari adanya potensi serangan. Dengan adanya uji coba nuklir tersebut tentunya tidak hanya membuat khawatir kedua negara tersebut saja, melainkan hal tersebut dinilai sebagai ancaman perdamaian dunia yang dapat menghancurkan stabilitas regional maupun global baik itu dalam segi ekonomi, politik, perdagangan, investasi dan lain sebagainya.
UPAYA PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK NUKLIR DI SEMENANJUNG KOREA
Dalam meredakan ketegangan yang sedang terjadi di Semenanjung Korea, tentunya terdapat berbagai upaya yang telah dilakukan oleh komunitas internasional untuk berkontribusi dalam menyelesaikan konflik dan inisiatif damai demi terciptanya perdamaian dunia. Akan tetapi, hal tersebut mungkin memerlukan proses yang cukup lama dikarenakan besarnya tantangan yang dihadapi dan juga sifat egoisme yang tinggi sehingga Korea Utara cenderung menolak intervensi luar dan menganggap sebelah mata bahwa program nuklir yang sedang mereka jalani merupakan sebuah alat yang penting bagi kedaulatan dan juga keamanan nasionalnya. Kemudian negara-negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, China, Amerika Serikat, dan Rusia mereka sepakat melakukan perundingan untuk menyelesaikan konflik ancaman nuklir di Semenanjung Korea tersebut melalui beberapa cara, diantaranya melalui Six Party Talks yang dimulai pada 2003 untuk mencapai denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea. Sayangnya, Korea Utara menarik diri pada 2017 setelah meluncurkan rudal melewati Jepang, hal tersebut tentunya kembali memicu ketegangan lebih lanjut antara Korea Utara dengan Jepang.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik nuklir di Semenanjung Korea ini antara lain yaitu mengadakan pertemuan puncak AS-Korea Utara pada 2018 dan 2019, yang dimana hal tersebut membuka dialog antar kedua negara tersebut tetapi sayangnya gagal mencapai kesepakatan yang konkrit. Korea Utara bersikeras pada jaminan keamanan sebagai syarat denuklirisasi, terutama karena kekhawatiran akan invasi militer asing, terutama dari Amerika Serikat. Salah satu yang menjadi alasan utama mengapa Korea Utara mengembangkan senjata nuklir nya dikarenakan terdapat kekhawatiran apabila mereka akan di invasi militer oleh negara - negara asing terutama Amerika Serikat. Korea Utara akan mencapai denuklirisasi apabila ia diberikan jaminan keamanan yang jelas bahwa kedaulatan mereka akan dihormati.
Dalam penyelesaian ini, ASEAN juga berperan untuk menekankan pentingnya stabilitas di Semenanjung Korea untuk perdagangan global dan politik Asia. Adapun upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk membantu menyelesaikan konflik nuklir di Semenanjung Korea ini dengan melaksanakan sebuah Deklarasi Damai dan Diplomasi melalui salah satu forum multilateral seperti ASEAN Regional Forum (ARF) yang membahas tentang perdamain dari isu denuklirisasi di Korea Utara. Dewan Keamanan PBB juga telah memberlakukan sejumlah resolusi PBB serta menerapkan sanksi terhadap Korea Utara sebagai bentuk tanggapan atas berlakunya uji coba nuklir dan rudal balistik yang sedang dilakukan serta menerapkan sanksi internasional atas uji coba nuklir Korea Utara yang melanggar perjanjian internasional, untuk menekan negara tersebut menghentikan program nuklirnya.