Melanjutkan ke jenjang perkuliahan, menjadi keinginan banyak orang, sampai-sampai rela untuk hidup di perantauan dan membuatnya menyandang status sebagai mahasiswa rantau.
Kehidupan di perantauan, menuntut kita untuk siap menemui berbagai tantangan juga pengalaman yang menarik, yang tidak bisa didapatkan kecuali hanya dengan pergi merantau.
Salah satunya, momen nungguin transferan bulanan yang tak kunjung datang hehe, ngerjain sesuatunya sendiri, kita bakalan lebih jauh mengenal diri kita, dan menjadi lebih handal dalam melihat masalah, membaca keadaan dan menyelesaikannya. Meskipun begitu, momen main berkedok nugas sama temen seperantauan, dengan asal daerah yang beda-beda awalnya emang jadi tantangan, tapi seruunya pun nggak akan terlupakan...
Di masa peralihan dari siswa ke mahasiswa, seringkali menjadi momen dalam mencari jati diri, untuk itu jangan sampai salah mengambil langkah, pergaulan menjadi faktor yang juga tak kalah penting.
Menjadi mahasiswa perantauan, kita juga harus bertanggung jawab, dengan tujuan dan harapan cita yang kita bawa dari kampung halaman.
Sudah seharusnya kita sadari, bahwa gelar sebagai mahasiswa, tidak hanya semata-mata memperlihatkan bahwa seorang mahasiswa hanya untuk mengejar gelar akademik, memiliki ilmu yang mumpuni, kemudian setelah dinyatakan lulus, lalu mahasiswa fresh graduate melamar di instansi pemerintah atau perusahaan.
Apakah cukup dengan itu saja?
Tentu saja tidak, mahasiswa ya mahasiswa yang berkualitas, tidak hanya akademik tapi juga non akademiknya harus okee.
Tentu penting sekali fokus dalam menimba ilmu, namun dengan kita aktif dalam organisasi, sosialisasi, ajang perlombaan untuk mengasah bakat, keseimbangan pun akan dirasakan akhirnya lahirlah fresh graduate dengan kualitas mahasiswa yang unggul.
Memangnya kenapa, jika mahasiswa hanya memprioritaskan salah satunya saja? Bukankah hidup harus punya prioritas?