Lihat ke Halaman Asli

Ai Rosita

Menjadi seseorang yang memiliki arti dan berguna untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitar

Aida

Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tidak ada seorangpun yang tahu akan apa yang terjadi esok hari. Dia, gadis cantik nan cerdas akan mengalami sakit seperti itu. Juara kelas selalu disandangnya, pun ketika kuliah IPK nyaris sempurna. Aktif berkegiatan di organisasi selama sekolah maupun kuliah, tak heran diapun selalu menjadi jajaran pengurus inti. Namun karena kesibukannya, dia selalu lupa untuk mengisi perutnya. Ibunya selalu mengingatkannya untuk tidak boleh telat makan, tapi katanya suka tak selera makan. Bekal makanan yang disiapkan ibunya selalu dia bawa pulang kembali.

Menginjak semester 3, dia mulai merasa ada yang aneh dalam tubuhnya. Terutama di bagian perut, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada abses di bagian perutnya. Dokter mengatakan harus dilakukan operasi untuk mengeluarkannya. Tapi alhamdulillah, sebelum operasi dilakukan absesnya sudah pecah. Namun ternyata pemulihan dari abses itu cukup lama, luka dari abses masih basah dan masih mengeluarkan darah dan nanah. Namun begitu, nafsu makannya masih belum juga meningkat. Vitamin dan usaha segala macam tetap tidak membuahkan hasil. Aktifitasnya sedikit dia kurangi karena mudah lelah dan tidak kuat berjalan jauh. Apalagi sebentar lagi akan menyusun skripsi.

Saat lebaran tahun 2017 kalau tidak salah, dia sudah sidang skripsi sebelum puasa. Melihat dia semakin kurus. Kubertanya pada ibunya, katanya mungkin dari abses karena menurut dokter proses penyembuhan abses ini lama. Satu bulan kemudian aku mendengar kabar kalau dia masuk rumah sakit. Betapa sedih dan shock rasanya ketika dikabari dia masuk ruangan khusus dan didiagnosa TB tulang. TB tulang dan meningitis hasil diagnosa dokter.

Selama hampir dua minggu dia dirawat di rumah sakit. Ketika masuk rumah sakit dia tidak sadarkan diri dan sejak saat itu daya ingatnya melemah. Dia tidak dapat mengenali dirinya sendiri dan orang sekitarnya. Keceriaan itu sirna. Tak tega rasanya melihat dia seperti itu, aku tak berani untuk menjenguknya. Ketika ada yang menjenguknya tidak ada satupun yang tidak dapat menahan tangis melihat kondisinya. Gadis pintar nan ceria harus terbaring tak berdaya.

Dua bulan sejak keluar dari rumah sakit, aku baru berani menjenguknya. Menguatkan mentalku supaya tidak menangis ketika melihatnya. Aku panggil namanya, dia hanya diam dan termenung. Ingatannya masih belum bisa pulih, responnya masih lama. Ketika ditanya dia hanya akan menjawab "hah" tatapannya kosong. Jangankan untuk ngobrol, untuk sekedar memenuhi kebutuhan dirinya seperti makan, minum dan sebagainya dia tidak pernah meminta dan tidak dapat melakukannya sendiri. Pada jam-jam tertentu disuapi untuk makan dan minum. Ke kamar mandi harus dipangku karena masih belum bisa berjalan.

Kesabaran dan kebesaran hati kedua orang tuanya sungguh membuatku takjub, ah terbuat dari apa sih hatinya mereka. Diberi ujian seperti itu mereka tetap kuat dan sabar. Ya, kadang sesekali merasa kesal juga katanya apalagi kalau dikasih makan dia selalu memuntahkannya.

Bulan depan katanya dia akan wisuda, entah bagaimana nanti proses wisudanya. Ingatannya belum bisa pulih 100%. Meningitis membuat syarafnya terganggu, ketika ditanya, apa nanti mau ikut wisuda. Dengan respon yang lama dia menjawab "ya". Entah dia mengerti atau tidak, wisuda itu apa dan seperti apa.

Hari wisuda pun tiba, dia diantar kedua orang tua dan adiknya. Dalam perjalanan beberapa kali muntah, beberapa kali ganti baju katanya. Saat proses wisuda yang membuatku terharu, ketika namanya dipanggil dia duduk di kursi roda didorong oleh bapaknya menuju panggung untuk disahkan sebagai Sarjana Pendidikan. Sepulang wisuda, dia kembali ngedrop.

Dua tahun berselang, pengobatan yang dijalani baik medis maupun alternatif membuahkan hasil. Perlahan-lahan ingatannya kembali, dia sudah ingat siapa dirinya. Namun penglihatannya terganggu, dia menderita low vision. Ketika diajak ngobrol responnya tidak selambat dulu. Dengan sabar bapaknya mengajaknya bercerita tentang masa kecilnya, mengajarinya menyanyi seperti mengajari anak yang baru bisa berbicara. Tubuhnya yang kurus berubah menjadi berisi, nafsu makannya semakin meningkat. Katanya "sekarang merasa lapar terus".

Bekasi, 29 Agustus 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline