Lihat ke Halaman Asli

Ummi, Delisa Mencintaimu karena Allah

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ummi,,, Delisa mencintai Ummi karena Allah,,,”

Ucapan yang sederhana tapi penuh ketulusan dan pengabdian yang indah itu terucap dari bibir mungil Delisa. Seorang anak kecil yang masih berusia 6 tahun. Sontak, perempuan cantik yang dipanggil Ummi itu tersenyum penuh haru. Di sepasang matanya yang teduh, merebak buliran bening. Kemudian mengalir pelan-pelan di pipinya. Serupa liukan sungai rengas[1] yang elok.

“Ummi juga mencintai Delisa karena Allah,,,” balas perempuan itu sambil merengkuh kepala mungil Delisa yang berbalut jilbab. Anak itu dipeluknya dengan perasaan yang barangkali hanya seorang Ibu yang memahaminya.

Subhanallah,,,

Potongan kisah itu saya jumpai di salah satu adegan Film “Hafalan Shalat Delisa” yang kebetulan saya tonton di lembar pertama tahun 2012. Sebuah Film Religi dan Edukatif yang sanggup memporak porandakan benteng hati saya. Bagaimana tidak, lewat Film itu, Delisa (diperankan Chantiq Schagerl) sudah menyuguhkan berbagai pelajaran yang tidak kepalang tanggung pada saya. Mulai dari kesabaran dalam menjalani hidup, ketegaran atas segala penderitaan, bangkit dari luka, tersenyum di tengah petaka, berbagi untuk sesama, dan sebagainya,,, dan sebagainya...

Kurang lebih, dua pekan yang lalu, tepat di tanggal 22 Desember, saya juga melewati hari Ibu. Tapi sejujurnya, saya tidak punya kalimat seindah yang diucapkan Delisa. Entahlah, apakah saya termasuk salah satu orang yang tidak kreatif untuk mengatakan Cinta pada sosok paling berjasa yang telah melahirkan saya itu, ataukah saya teramat pengecut untuk sekedar mengucapkan hal-hal seperti itu? Maka diam-diam, saat menyaksikan adegan tersebut, hati saya juga bergumam, “Ummi,,, aku juga mencintaimu karena Allah. Seperti Delisa yang mencintai Umminya karena Allah”.

Delisa hanya tokoh dalam sebuah Film. Tapi terasa sangat hidup dalam hati saya. Dia seorang gadis kecil yang periang. Tinggal di Lhok Nga (desa kecil di pantai Aceh). Kehidupannya terasa sangat indah. Delisa merupakan anak bungsu dari keluarga Usman (diperankan Reza Rahadian). Karena Abinya bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional, maka Delisa lebih dekat dengan ibundanya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi)

Mereka hidup di pesisir Lhok Nga. Keceriaan, kecentilan, keluguan sekaligus kelucuan Delisa seolah seperti bias purnama diantara orang-orang sekelilingnya. Ia akarab dengan siapapun. Menggemaskan dan tentu saja menyenangkan.

Suatu ketika, Delisa mendapatkan tugas dari gurunya, untuk menghafal bacaan Sholat. Untuk menyemangati Delisa, Umminya berjanji akan memberikan hadiah kalung jika ia bisa menghafal bacaan sholatnya dengan baik. Untuk membuktikan kesungguhannya, san Ummi mengajak Delisa ke toko Koh Acan (sahabat Abinya), seorang penjual perhiasan di pasar Lhok Nga. Saat itu—sesuai keinginan Delisa—Koh Acan mengambilkan kalung dengan huruf D sebagai liontinnya. D inisial dari Delisa. Delisa senang bukan kepalang dan tak sabar untuk mengenakan kalung itu. Tapi Umminya tetap menyimpannya. Delisa boleh memiliki kalung tersebut jika sudah berhasil mengahafal bacaan sholatnya.

Delisa menghafal diwarnai dengan sikap kakak-kakaknya yang pro dan kontra. Ustadz Rahman yang merupakan guru TPA Delisa, juga banyak mengisi hari-hari Delisa menjelang setoran hafalan shalatnya pada Ibu Guru Nur. Delisa juga sangat semangat. Ia ingin membuktikan pada orang-orang bahwa ia berhasil menghafal bacaan sholatnya untuk kemudian melaksanakan shalat sebagaimana yang lain sholat.

Tepat pada tanggal 26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi menuju TPA dimana ujian praktek shalat akan dilaksanakan. Ketika Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan kelas, gempa yang disertai tsunami melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Sang Ummi berteriak-teriak dari luar. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya. Ia begitu khusuk. Begitu menyatu dengan bacaan sholatnya. Ia tidak menyadari bencana besar terjadi di sekitarnya. Saat Delisa akan melaksanakan sujud pertamanya, Air laut datang menghantamnya. Menggulung bangunan TPA dan orang-orang yang berada di sekitar tempat itu. Delisa terpelanting dan hanyut oleh terjangan air laut yang dahsyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline