Airinisya Widya Wijaya
12 IPS 5, SMAN 3 KABUPATEN TANGERANG
Indonesia terkenal akan adat istiadatnya yang beragam. Masing -- masing daerah pasti mempunyai tradisi yang unik dengan ciri khasnya sendiri. Seperti tradisi adat Turun Karai yang biasa diadakan masyarakat pesisir Sibolga (Sumatera Utara) , yaitu tentang tradisi turun karai dalam masyarakat kota Sibolga yang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Sibolga secara berkala dan pada waktu tertentu dalam ruang lingkup kehidupan berkeluarga. Tradisi turun karai merupakan siklus kelahiran,memperkenalkan si anak untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke tanah. Didalam Tradisi turun karai juga terdapat beberapa nasehat- nasehat yang disampaikan dalam berupa nyanyian ayun-ayun tajak dimana ditujukan kepada sang anak yang usianya 40 hari setelah kelahirannya, tujuan dari tradisi ini adalah agar anak dapat dijauhkan dari yang negatif atau kesialan dalam hidupnya.
Tradisi turun karai ini diketahui telah ada sejak abad ke 10 masehi sampai sekarang masyarakat sibolga masih melakukan tradisi ini. Tradisi ini sampai sekarang masih diselenggarakan karena dipercaya mempunyai nilai yang sangat fundamental di kehidupan masyarakat pesisir sibolga. Tradisi ini sangat kental dengan unsur keagamaan dan memiliki makna penting dalam membina mental spiritual anak. Setiap susunan acaranya didasarkan tuntunan aqiqah. Adat ini dilaksanakan setelah bayi berumur 40 hari dan ibunya sudah bersih dari masa nifas dan ibu serta bayinya sudah bersih dari hadas. Dalam pelaksanaannya turun karai ini dengan mengayunkan dan menabalkan nama anak yang diiringi dengan nyanyian melalui bait-bait pantun dalam bahasa pesisir. Nyanyian ini mempunyai pengertian dan pemahaman tersendiri yang bersamaan mengungkapkan nasehat-nasehat.
Untuk melaksanakan tradisi ini biasanya masyarakat pesisir sibolga mempersiapkan beberapa alat yang diperlukan dan harus sudah paham tentang tahapan-tahapan tradisi turun karai ini. Karena setiap tahapan pelaksanaannya harus sesuai dengan urutan dan tidak boleh mendahului karena akan merusak adat tersebut. Upacara turun karai dulunya memakai kain sarung panjang sebagai tempat anak dibuaikan. Namun akhir-akhir ini berubah dengan memakai buaian berbentuk keranjang yang terbuat dari besi, kemudian dihias dengan kain tapi tetap menggunakan kain sarung panjang sebagai media untuk menggoyangkan buaian keranjang tersebut.
GLOBALISASI MEMBAWA DAMPAK PADA SUKU SIBOLGA
Perkembangan globalisasi yang begitu pesat sejak dijadikan kota Sibolga sebagai kota Administratif pada tahun 1946 berbagai perubahan banyak dilakukan, termasuk Adanya pembangunan infrastruktur, pendidikan sekolah dan berbagai sarana dan Prasarana pendukung perkembangan kota. Dengan Adanya infrastruktur tersebut membuat Sibolga harus berada dibawah pengaruh Ekonomi Kota Medan dengan menggunakan pelabuhan Belawan sebagai daerah Cakupan ekonominya.
Sebagai penulis,saya berharap dengan adanya perkembangan IPTEK dan globalisasi tradisi di Indonesia terus dilakukan agar menjujung tinggi nilai kebudayaan di setiap suku nya, dan saya harap dengan berkembangnya globalisasi tradisi-tradisi di semua suku Indonesia harus dilestarikan dan dikembangkan dengan baik, khususnya untuk anak-anak muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H