Kemajuan zaman membuat semua orang tak mampu mengendalikan diri untuk mengikuti tren. Memiliki smartphone, aktif bermain media sosial, dan membagikan momen penting kehidupan kita rasanya sangat umum dilakukan masyarakat luas. Tidak hanya gen Z, hampir semua kalangan dari yang muda sampai lansia pun turut serta berpartisipasi aktif dalam media sosial dengan kepentingan masing-masing.
Beberapa konten yang sering viral di media sosial seperti konten edukasi, konten yang menghibur atau lucu, dan sharenting. Sharenting merupakan tindakan orang tua membagikan konten berupa foto atau video anak-anak. Mungkin kamu bertanya, mengapa konten dengan anak banyak yang viral? Tentu, tingkah anak yang lucu dan menggemaskan menjadi salah satu daya pikat yang tak terelakkan, sehingga konten bersama anak lebih mudah viral di media sosial.
Namun, apakah membagikan konten bersama anak di media sosial itu aman? Pernahkah kamu memikirkan tentang risiko sharenting di media sosial bagi anak?
Pendapat Tentang Bahaya Sharenting
Pagi ini, saya sedikit mencari informasi mengenai sharenting. Ada hal menarik yang saya dapatkan. Banyak orang yang berpendapat bahwa sharenting itu bukan sesuatu yang baik, termasuk ahli dan pakar terkait. Justru membahayakan bagi keselamatan anak.
Bahaya sharenting itu nyata, bukan hanya bayangan saja. Walau mungkin tidak berdampak secara langsung dalam waktu dekat pada anak, bisa saja dampak sharenting mengintai anak di masa depan.
Salah satu pendapat disampaikan oleh Hanifah Atmi Nurmala dari Komite Edukasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dalam VOA Indonesia (08/01/2025) yang menjelaskan bahwa membagikan banyak foto di media sosial sama saja menawarkan banyak risiko untuk anak. Foto atau video anak di masa kecil yang kurang pantas, jika dilihat oleh teman-teman anak kita, bisa saja menjadi bahan bullying saat anak sekolah. Jejak digital yang buruk, dapat merusak masa depan anak. Bahaya yang paling menyeramkan, foto dan video anak dapat menarik perhatian penjahat dan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, seperti dibagikan ke situs-situs pedofil.
Rita Pranawati, Komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) masih pada berita yang sama dalam VOA Indonesia, turut memberikan pendapatnya. Ia mengatakan bahwa tidak melarang aktivitas sharenting, tetapi sangat diperlukan kehati-hatian saat melakukannya. Hal itu karena bahaya yang ditimbulkan sharenting benar adanya. Bagi Rita, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi prioritas.
Saya tak menampik pernyataan-pernyataan yang telah disampaikan di atas. Tidak jarang saya membaca, menonton video, dan melihat bahwa anak menjadi korban akibat sharenting yang kurang bijak. Banyak terjadi penculikan anak karena kemudahan penjahat mengakses data dan lokasi target anak dari media sosial. Banyak juga anak yang mendapatkan bullying verbal dari temannya karena video atau foto anak yang dianggap buruk, sehingga menjadi bahan ejekan.
Bahaya sharenting ini sangat perlu diketahui masyarakat, terutama orangtua agar lebih memperhatikan konten yang diupload pada media sosial terkait anak.